CERITA SEX

Kamis, 07 Februari 2019

Cerita Sex Ngentot Pembantu Janda Tapi Perawan

Februari 07, 2019 0

Ratu Coli - Berawal Dari jabatan yang ku peroleh sebulan yg lalu karena sudah 4 tahun aku menjabat sebagai assisten kebun di wilayah Kalbar dan dianggap mampu serta mengetahui seluk beluk bidang pekerjaanku terutama masalah budget

Hidup di Jakarta memang tidak lah mudah, perlu penyesuaian dan kesabaran yg tinggi serta masalah pengaturan keuangan agar bisa hidup di belantara beton.

Walau sama-sama belantara, namun hidup di lokasi kebun perusahaan yg notabene belantara hutan beneran lebih sri, sejuk dan tenang dibandingkan belantara beton di kota ini.

Untung dgn posisiku, aku mendapat beberapa fasilitas dari perusahaan yg tdk aku dapat pada posisi terdahulu.

Aku mendapat uang sewa rumah yg cukup besar dan beberapa fasilitas lain seperti mobil operasional dan UPD yg lumayan besar bila melakukan audit di lokasi perkebunan.

Setelah 2 bulan mencari rumah kontrakan, akhinya aku dapat di sebuah perumahan di Bekasi. Atau sekitar 1 jam dari kantor menggunakan mobil. Sebulan aku mengurus rumah, aku sudah tdk sanggup, apalagi sering aku tinggal ke luar kota.

Aku kemudian mencoba mencari pembantu untuk mengurus dan membersihkan rumahku. Saat aku mencari makan di perbatasan Tasikmalaya sepulang aku dari rumahku di Magelang, aku coba menanyakan kepada salah satu pelayan warung makan yg lumayan manis dan montok walau kulitnya agak gelap.

“Mbak, mau nanya boleh?” kataku pada seorang pelayan warung makan saat aku makan siang

“Iya mas, ada apa?” jawabnya

“Mbak tau tempat untuk mencari pembantu rumah tangga di sekitar sini?” tanyaku

“Emang masnya nyari pembantu untuk siapa dan dimana tinggalnya?” tanyanya

“Untuk saya dong, rumah saya ngga ada yg ngurus kalo saya tinggal, apalagi kalo keluar kota. Selain itu saya masih sendiri mbak. Kalo bisa yg bisa masak sekalian, biar ngga repot kalo saya tinggal di Jakarta” jawabku

“Kalo gajinya mas?” tanyanya lagi

“Berapa mbak rata-rata gaji pembantu disini ?” tanyaku

“Saya kurang tahu mas, tp kalo saya disini digaji 600 ribu sebulan” jawabnya

“Ooo…..kalo mau ya saya gaji 850 ribu deh plus makan, tempat tinggal dan MCK ditanggung” kataku sambil bergurau.

“Kalo gitu saya aja mas, tp gajinya digenepin yah jadi 1 juta gitu” katanya menawarkan diri sambil tersenyum

“Masalah gaji sih ngga masalah, tp suami apa orangtua mbak keberatan nggak?” tanyaku sambil menyelidik

“Saya udah cerai kok mas, jadi agak bebas. Kalo orangtua saya nggak masalah” jawabnya

“Oya, nama mbak siapa? Dari tadi aku lupa nanya nama. Saya Jensen ” kataku

“Kalo saya Anggi,” jawabnya

Akhirnya aku menunggunya untuk ngomong sama pemilik warung dan ketika pemilik warung mengantar Anggi ke mejaku, aku berdiri dan ngomong kepada pemilik warung agar mengerti.

Dia mengangguk dan mendoakan Anggi agar berhasil ikut aku.
Kemudian aku mengantar Anggi ke rumahnya yg terletak sekitar 5 km dari warung itu di sebuah desa yg masih tertinggal.

Sampai disana aku ngomong kepada orangtua Anggi sambil memberi kartu nama dan alamat serta nomor telpon rumahku.

Setengah jam kemudian Anggi kembali keruang tamu sambil membawa tas kecil berisi pakaian.

Setelah itu aku memberi uang 500 ribu untuk ibunya Anggi karena hatiku iba dgn kehidupan mereka di desa ini, dan mereka berterima kasih kepadaku.

Anggi juga tersenyum kepadaku saat adiknya aku berikan uang 50 ribu untuk beli buku. Kamipun berangkat ke Jakarta lewat Bandung. Akhirnya kami tiba di Jakarta pukul 10 malam dan kemudian meunjukkan tempat tidur Anggi. Setelah itu aku segera mandi kemudian tidur.

Keesokan harinya aku bangun dan saat menuju kamar mandi, aku lihat Anggi sedang mengepel lantai. Di meja makan sudah tersedia segelas kopi panas dan nasi goreng. Setelah aku mandi aku lalu sarapan dan sempat aku lihat Anggi mengepel lantai dlm posisi membungkuk.

Terlihat pantatnya yg indah membulat bergerak-gerak dan membuat aku terangsang. Setelah sarapan aku jelaskan tugas Anggi dan fasilitas yg ada di rumah. Dia mengangguk tanda mengerti dan saat kulihat bajunya, ternyata sudah ada yg robek. Siang harinya Anggi aku ajak berbelanja beberapa baju, celana,daster, pakaian dlm dan sandal serta tdk lupa make up.

Anggi juga sekalian aku ajak ke pasar untuk membeli bahan mentah untuk dimasak. Setelah sampai dirumah, aku suruh Anggi untuk mencoba baju dan celana yg dibeli tadi. Umur Anggi baru 23 tahun, tingginya 160 cm dan beratnya sekitar 45 kg dan yg membuatku terpesona adalah teteknya yg berukuran 36 B.

Kulitnya agak putih namun terawat dan wajahnya yg manis membuat baju yg dibeli sangat cocok dgn tubuhnya. Malam harinya dia bercerita tentang keluarganya, mantan suaminya dan pekerjaannya. Dia lulusan sebuah SMK di daerahnya dan dulu dinikahi oleh seorang lelaki yg sudah tua tp kaya raya.

Dia merupakan rentenir di desanya dan orangtuanya mempunyai hutang yg banyak pada lelaki tersebut sehingga ketika orangtuanya tdk bisa membayar hutang, Anggi dipaksa menikah oleh lelaki tersebut dgn ancaman orangtuanya akan dibunuh karena tdk bisa membayar hutang.

Pernikahan mereka hanya bertahan 1 tahun ketika lelaki tersebut meninggal dan oleh istri tua lelaki tersebut Anggi tdk diberi apapun. Anggi sempat bekerja di sebuah toko di Tasikmalaya selama 2 tahun, tp disuruh pulang untuk dinikahkan dgn rentenir tersebut.

Setelah 3 bulan Anggi bekerja dirumahku, dia sudah agak berubah. Kulitnya putih bersih dan mulus serta sudah bisa menggunakan make up walau hanya sesekali. Aku yg sering dinas keluar kota merasakan perubahan tersebut. Keakraban kami juga bertambah sebagai teman, bukan majikan dan pembantu.

Dan pada hari Jumat malam, setelah gajian, aku ajak dia ke sebuah restoran untuk makan malam walaupun hujan rintik mengguyur Jakarta. Setelah makan malam, dia aku ajak menonton film di ruang keluarga dgn DVD yg aku beli di mangga dua. Dia memakai daster tanpa lengan yg aku belikan dan aku hanya bercelana kolor pendek dan kaos longgar.

Saat ada adegan percintaan yg agak panas, kurasakan nafasnya terasa berat. Akupun segera mendekatkan posisi dudukku sampai disamping badannya.

“Gii, serius bener nonton filmnya?” tanyaku

“Ehh…..mas jensen emangnya ngga serius?” jawabnya

“ Hehehe…kalo bagian gituan aku pasti serius” candaku

“Bagian yg mana? Ooo….pasti bagian yg buka-bukaan ya…” katanya sambil tersenyum.

“Iya dong, kalo dulu kamu ama suamimu dulu gimana?” Kataku sambil tertawa

“Ihh….mas Jensen ini ada ada aja” katanya sambil tersenyum

“Ceritain dong….jadi penasaran nih..” kataku sambil mendekatkan tubuhku ke tubuhnya

“Malu ah…pamali atuh….” Katanya sambil mencubit pinggangku

“Dulu pasi enak terus dong ama suami yg sudah ahli” kataku sambil membalas mencubit pinggangnya

“Ihh….sakit dong mas…Suamiku dulu dah ngga kuat kok, aku aja ngga ngerasa” katanya

“Mosok…..bisa dong diajarin…” kataku

“Yee….ama pacar mas atuh. Mosok ama saya, saya kan jelek. Janda lagi” katanya

“Aku belum punya pacar koq. Masih seneng sendiri” kataku sambil merangkul Anggi dan tdk ada tanda penolakan

Setelah itu aku menawarkan untuk memutar film yg lebih hot. Anggi yg penasaran segera mengiyakan tawaranku. Segera aku ambil VCD XXX romantis dari kamarku. Setelah itu aku duduk disamping Anggi dan merangkul pinggulnya.

Terlihat seorang cewek Jepang sedang bercakap cakap dgn lelaki bule dan saling merangsang. Kemudian meraka terlibat percintaan yg lembut dan romantis. 30 menit kemudian, Anggi ternyata sudah sangat terangsang melihat adegan tersebut dan akupun yg sudah tegang, lalu mencium pipinya.

Ketika dia menoleh ke arahku, segera aku cium bibirnya yg tipis dan dia membalas dgn lembut. Tanganku mulai menjelajahi toketnya yg montok dan menantang. “Mass….jangaannn..ntar keterusan….” Kata Anggi pelan sambil tangannya menolak badanku lembut, tp aku pegang tangannya hingga tubuhnya terpojok di sudut sofa.

Tangannya memegang badanku dan berusaha mendorongku hingga aku harus memegang kedua tangannya dgn tangan kiriku.

Aku tdk memperdulikan omongan Anggi dan terus mencium bibir dan lehernya.

Tangan kananku juga bergerilya kearah meqinya dan ketika sampai di meqinya, ternyata celana dalamnya sudah basah.

“Masss………..janggaaann……..” katanya dan segera aku sumpal bibirnya dgn bibirku sampai lidahku masuk dan mempermainkan lidahnya.Tanganku segera bergerilya kembali di toket dan pusarnya.

Dgn serangan di tubuh atasnya, Anggi lupa mempertahankan bagian bawahnya.

Dgn cepat, tanganku kemudian melepas celana dalamnya dan tangan Anggi terlambat menghalanginya.

Tubuhnya bergerak-gerak untuk melepaskan diri tp kalah dgn kekuatanku.

Kemudian, tangan kananku mengelus meqinya lembut dan kurasakan meqinya sudah basah sekali.

Beberapa kali jariku menelusup ke belahan meqinya dan mengenai clitorisnya, sedangkan kakiku aku gunakan menganjal kedua pahanya agar aku leluasa.

“Masss…..janggggaaannn…..aaduuhhh…..” desahnya tp tdk melarang tanganku yg masih menggosok bagian enaknya.

Setelah itu aku angkat tubuhnya dan aku lepas dasternya walau dgn penolakan keras.

Tangannya mencoba menghalangi tp masih kalah kuat dgnku. Setelah itu aku lepas sekalian BH-nya hingga toket yg indah menggantung.

Pentilnya coklat muda tp sangat menggirahkan. Kemudian aku dudukkan Anggi disofa dan aku hisap pentilnya.

Tangan kiriku memegang kedua tangannya yg sudah aku arahkan ke belakang punggungnya.

Tangan kananku menggosok clitorisnya hingga meqinya basah. Tubuhnya dan kakinya bergerak dan mencoba meloloskan diri tp segera aku kuasai dgn tubuhku serta kakiku. Bokep Jepang

Bibirku kemudian bergerilya di toketnya yg sudah mengeras dan putingnya sangat tegang.

Perlahan semakin kuturunkan jilatanku ke perut dan pusarnya sambil tanganku masih meremas dan mempermainkan putingnya yg tegang mengacung sambil memposisikan tubuh Anggi menyandar di sofa.

“Oooohhh…sudaaah masss……….jangaannn……..” desahnya

Aku tdk memperdulikan dan segera jilatanku menuju ke meqinya yg basah sekali.

Aku lihat jembut Anggi yg tebal sangat mengairahkan ditambah lagi meqinya yg tanpa ada cacat berwarna merah muda menambah naik nafsuku. Anggi mendesah ketika jilatanku mengenai meqinya.

“Mass……….kotorr…..akuu…maluu………” teriaknya sambil mendorong kepalaku

Tanganku lalu memilin pentil toketnya dan tangannya mencoba melepaskan mendorong kepalaku untuk menjauhi meqinya yg sudah sangat basah oleh lendir nikmatnya dan air liurku.

Sensasi yg aku buat ternyata lama-lama membuat Anggi mulai merasa keenakan dan menikmati yg kulakukan.

Tangannya meremas rambutku dan kakinya diangkat ke atas pundakku.

“Ohh…..masss…..enaaaaakkkk……..” desah Anggi

Aku lalu menggodanya dgn menjauhkan mulutku dari meqinya. Tp tangannya segera mendorong kepalaku untuk menjilati meqinya lagi.

Sampai 5 menit kemudian tubuh Anggi mengejang hebat disertai jepitan kakinya dan tangannya menekan kepalaku.

“Masss…aku keeluuuarrrr….” Jerit Anggi

Cairan orgasmenya menyembur dan segera aku telan. 2 menit kemudian aku lihat Anggi lemas tak berdaya dan segera aku gendong tubuhnya ke kamarku.

Aku lalu melepas celana dan kaosku. K0ntolku yg berukuran 16 cm diameter 3,5 cm dan telah tegak mengacung aku arahkan ke mulut dan aku paksa Anggi menjilati k0ntolku.

Walau agak canggung, Anggi mulai menjilat dan menghisap k0ntolku serta tangannya mengocok k0ntolku.

Setelah 5 menit, aku lalu mencium Anggi dan menjilati leher, pentil dan ketiaknya yg putih bersih.

Perlahan, jilatanku merambah pusar dan perutnya. Akhirnya meqi Anggi aku jilat beserta clitorisnya yg sudah mulai besar kembali.

“Mass….sudahhh..jangan teruskan…” kata Anggi pelan

Setelah meqinya banjir aku lalu mencium bibirnya lagi dan disambut dgn pagutan bibirnya yg ganas.

K0ntolku aku arahkan ke lubang meqinya. Aku sangat kesulitan memasukkan k0ntolku dan lama, sampai akhirnya kepala k0ntolku terselip di celah meqinya.

Setelah itu aku dorong perlahan k0ntolku dan perlahan mulai masuk sedikit K0ntolku serasa dijepit keras oleh meqi Anggi.

“Masss…..” dasah Anggi saat k0ntolku mulai masuk dlm meqinya

Aku kemudian memasukkan lagi k0ntolku dan aku menyodok lembut meqinya sampai sepertiga k0ntolku masuk.

Anggi mulai mengelinjang keenakan dan k0ntolku terasa terhalang oleh suatu lapisan.

Aku kemudian menarik k0ntolku dan kemudian mendorong kuat k0ntolku dlm meqi Anggi.

“Ahh…masss…….sakiitttt….” teriak Anggi saat k0ntolku masuk dan mentok sampai dinding rahimnya

Pinggulnya bergerak ke kanan dan kekiri mencoba mengurangi rasa sakit yg menjalari meqinya.

K0ntolku yg telah masuk terasa terjepit kuat oleh meqinya. Akupun mengikuti gerakan pinggul Anggi sambil mendiamkan k0ntolku dlm meqinya yg sempit.

Akhirnya tubuh Anggi yg sudah kelelahan tdk bergerak gerak lagi. Nampak tetesan air matanya membasahi sudut mata dan mengalir ke bantal.

Dari wajahnya, Anggi sepertinya sudah pasrah terhadap apa yg akan aku lakukan selanjutnya.

“Tenang Gii….abis ini kamu akan merasa enak dan merasa diawang-awang” kataku sambil mencium pipi dan bibirnya yg masih tertutup.

Sekitar 2 menit aku mendiamkan k0ntolku sambil mulutku menghisap dan menjilati pentilnya yg mengacung tegak.

Kemudian aku mulai menggerakkan k0ntolku maju mundur dgn lembut. Disertai ciuman dan jilatan di tubuhnya.

“Ooohh…masss…..enaaaakkk……” desah Anggi ketika sodokanku mulai lancar dlm meqinya

“Meqimu juga enak sayang…..sempit banget..” desahku sambil menyodok dgn kecepatan sedang

“Kecepok…kecepok….kecepok….” suara k0ntolku beradu dgn meqinya yg sudah banjir

Setelah 10 menit, aku merasakan k0ntolku dijepit dan disedot keras oleh meqi Anggi. Yg merupakan tanda bahwa Anggi mengalami orgasme.

“Masssss…..akuuu…keeee….luuaaaarrrr……..” Jerit Anggi sambil tangannya menjambak rambutku dan kakinya mengapit erat pinggulku.

Akupun mendiamkan sebentar k0ntolku dlm meqinya yg masih mencengkram dan menyedot kuat k0ntolku.

Dan sebentar kemudian aku mulai menyodok kembali k0ntolku dlm meqinya yg sangat basah akibat cairan orgasmenya yg lumayan hangat.

Ciuman dan jilatanku menejelajahi kembali bibir, leher dan pentil toketnya serta ketiaknya yg bersih.

Setelah itu, sodokanku mulai cepat dan mengakibatkan tubuh Anggi terguncang guncang lemas dibawah tubuhku.

Semakin lama sodokanku makin cepat karena aku aku sudah merasa spermaku sudah mau dikeluarkan.

“OOhhh…..masssss……” desah Anggi yg dilanda nafsu birahi kembali

“Anggi…meqimu memang seret…..aku sukaaa….” Desahku

Sekitar 10 menit kemudian aku merasakan k0ntolku terasa dijepit dan disedot oleh meqi Anggi lagi.

Beserta itu, tangannya mencakar punggungku dan kakinya mengapit pinggulku dgn kuat. Kali ini semburan cairan orgasme Anggi terasa panas dan banyak.

“Masss……akuuu……dapat laaa…ggiiiiii……” jerit Anggi ketika mendapat orgasme yg kedua saat bercinta dgnku.

Aku yg sudah tdk tahan lagi bermaksud mengeluarkan k0ntolku dari meqinya.

Tp kakinya yg masih mengapit pinggulku dgn kuat menghalangi niatku dan sebentar kemudian

“Crottt….croottt…croottt…….” sekitar 10 kami semburan spermaku yg sudah tdk aku keluarkan selama 2 minggu mengucur deras dlm meqi Anggi.

“Ohhh…. Anggiiiiiii …….akuu…keluaarrr….” teriakku saat bendungan spermaku sudah tdk dapat dibendung lagi.

Tubuhku ambruk di atas tubuh Anggi yg lemas. “Plop….” Suara k0ntolku saat terlepas dari meqi Anggi.
Setelah itu aku membaringkan badanku disebelah tubuhnya. Aku sempat melihat sprei ranjangku terdapat cairan dgn warna merah jambu hingga aku kaget.

“Anggi, kamu masih perawan ya?” tanyaku dgn kaget

“Iya mas, dulu k0ntol suamiku sepertinya hanya sampai depan meqi lalu keluar” jawabnya sambil terengah-engah dan tersenyum

“Waahh aku dapat Janda tp perawan nih” candaku

“Mas, tadi dikeluarkan di dalem ya” tanyanya dgn muka khawatir

“Iya Gii, abis kakimu masih mengapit pinggulku padahal aku udah ngga tahan” jawabku

“Lalu kalo aku hamil bagaimana” tanyanya sambil matanya menitikkan air mata

“Aku akan bertanggung jawab sayang. Apalagi aku sudah butuh pendamping sepertimu” kataku pelan

“Makasih ya mas, Anggi bahagia banget malam ini” katanya

“Aku juga, walau kamu menolak pada awalnya” kataku

“Abis aku takut. Kata temenku saat malam pertama katanya sangat sakit” katanya

“Itu berarti suaminya yg nggak mahir bercinta” candaku

“Kalo mas udah sering ya ngelakuin ini” tanyanya

“Hanya 3 kali ama pacarku dulu sampai dia lulus dan pulang ke Kalimantan” jawabku berbohong

“Makannya sudah ahli memuaskan perempuan….” katanya sambil tersenyum

“Dan pacar mas pasti senang karena burung mas besar dan panjang, sampe kerasa penuh mamekku” tambahnya

“Tp kamu suka kan…..?” tanyaku

“He..he…he….sekarang sudah genap status jandaku, tdk perawan lagi…” katanya sambil tersenyum

Sambil bercakap-cakap, k0ntolku sudah mulai tegang lagi karena Anggi mengosok halus k0ntolku.

Dan akupun lalu mencium bibirnya yg tipis dan disambutnya dgn ciuman yg ganas.

Setelah Anggi aku rangsang kembali, perlahan nafsunya mulai naik dan meqinya mulai basah.

Segera lidahku menyapu meqinya yg masih ada sedikit cairannya dan menghisap clitorisnya yg sudah membesar.

Setelah puas menjilati meqinya, aku lalu tidur terlentang dan aku suruh Anggi di atas.

Tangannya membimbing k0ntolku memasuki liang meqinya yg sudah banjir. Baru setengah k0ntolku masuk terasa agak susah masuk lagi.

Tanganku lalu memegang pantat Anggi agar lebih terbuka dan menyuruhnya memutar pinggulnya. Sebentar kemudian seluruh k0ntolku masuk dlm meqinya yg sangat sempit.

Anggi kemudian menggerakkan badannya naik turun dan tanganku memegang toketnya yg menantang serta memilin pentilnya. 

Beberapa kali wajahnya aku tarik untuk mencium bibir tipisnya dan beberapa kali pula jari tanganku menggosok clitorisnya hingga membuat Tyas keenakan

“Massss……….k0ntolmu besar banget…akuuu..nggaa tahannn…” kata Anggi sambil menggerakkan badannya

“Meqimu juga sempit banget Giii….” Desahku

Baru lima menit Anggi bergoyang diatasku, tubuhnya mengejang dan ambruk diatas tubuhku.

Meqinya menjepit dan menyedot k0ntolku dgn kuat disertai dgn remasan tangannya di kedua pentilku.

Aku membiarkan Anggi meresapi orgasmenya dan sebentar kemudian aku suruh Anggi menungging.

“Masss…jangan dimasukin disitu…kotorr….” Anggi Tyas yg ketakutan kalo aku menyodominya

“Ngga sayang, kamu santai saja” jawabku

Aku lalu memasukkan kembali k0ntolku dlm meqinya yg banjir dan sambil memilin pentil toketnya yg menggantung bebas

“Ahh…masss…enak bangetttt……..” katanya ketika sodokanku mulai lancar dan cepat

“Anggi…aku sayang kamuu…” kataku

“Aku juga sayang mas….” Katanya

“Plok…plok…plok….” Suara pangkal k0ntolku beradu dgn pantat Tyas yg bulat dan seksi

Lama-lama sodokanku semakin cepat dan 10 menit kemudian Anggi mengalami orgasmenya kembali

“Ahh….massss…aku keluarr……laaaa…ggiiiii..” jerit Anggi sambil meremas ujung bantal dgn kuat.

Kembali k0ntolku dijepit dan disedot kuat oleh meqinya dan sebentar kemudian Anggi ambruk dan aku yg masih tanggung lalu merebahkan tubuhnya dan aku atur dgn posisi miring.

Kemudian aku menyodok lagi meqinya dgn mengangkat salah satu kakinya ke pundakku.

Sekitar 10 menit meqi Anggi aku sodok dgn cepat, Anggi kemudian kembali merasakan orgasmenya lagi. Dia meremas bantal di depannya.

“Oohh……massss……aku keluaarrr…” Desah Anggi pelan

Aku yg mulai merasakan adanya dorongan spermaku untuk dikeluarkan segera menaiki tubuh dgn posisi misionaris.

Dan aku segera menyodok meqinya dgn cepat. Sekitar 5 menit kemudian, spermaku sudah tdk dapat ditahan lagi dan akhirnya 6 semburan spermaku mengisi meqi Anggi.

“Aku…keee..luuaaarrrr…….” teriakku

Saat spermaku mulai menyembur, aku rasakan Anggi kembali mengalami orgasme.


Tangannya mencakar punggungku dan kakinya mengapit pahaku. Akhirnya setelah puas menyemburkan spermaku, aku tidur disamping Anggi yg sudah lemas tak berdaya.

Tanganku memeluk erat tubuhnya dan nafas kami yg terengah-engah terdengar di seluruh kamar.

Hujan yg tdk kunjung berhenti sangat membantu suasana percintaan kami, dan tdk mungkin tetanggaku tahu bahwa kami sedang bercinta.

Sempat aku lihat jam dinding yg menunjukkan pukul 12 malam. Berarti kami telah bercinta hampir 2,5 jam. Setelah itu kami tertidur pulas tanpa pakaian yg menempel.

Semenjak itu kami sering bercinta dan memuaskan birahi kami. Agar tdk hamil, Anggi teratur minum pil KB.

Kami juga sering bereksperimen birahi dan semua tempat menjadi tempat bercinta kami dari ruang tamu, kamar, dapur dan halaman belakang.

Cuman di halaman depan saja yg kami hindari karena takut kepergok tetangga.

Selasa, 05 Februari 2019

Cerita Sex Ngentot Tante Tetangga Sebelah

Februari 05, 2019 0

Ratu Coli - Aku semakin terobsesi untuk mencari sasaran tante kesepian lain untuk memuaskan libidoku yang tinggi, Kali ini sasaranku juga istri tetanggaku yaitu Anita. Anita seorang ibu satu anak berusia 3 tahun. Usianya kutaksir baru sekitar 28 tahunan.

Perawakan Anita cukup mungil dengan tinggi hanya 150 an cm dengan rambut ikal sepunggung. Namun ada aset milik Anita yang sering membuatku menelan ludah jika melihatnya.

Dengan tubuh semampai, Anita memiliki ukuran payudara yang cukup besar dengan bentuk bulat sempurna. Hal ini terlihat jelas karena ia sering mengenakan kaus ketat di lingkungan rumahnya. Dan ia pun memiliki bentuk bokong yang sama bulatnya. Intinya, Anita memiliki body yang cukup aduhai.

Tampaknya ia cukup pandai merawat diri. Sungguh beruntung lelaki yang mampu meyetubuhinya.Di lingkungan tempat tinggal kami, Anita dan suaminya masih menumpang di rumah kedua orang tuanya. Anita dan suaminya sama-sama bekerja. Menurut informasi yang aku dapatkan dari istriku, Anita bekerja sebagai staf administrasi di suatu perusahaan di Kelapa Gading.

Sedangkan pekerjaan suaminya, aku tidak tahu. Lagi pula ngapain aku cari informasi tentang suaminya? Hehehe. Anita memiliki dua orang adik perempuan yang tidak kalah cantiknya. DIana yang berusia 22 tahun dan baru saja lulus kuliah dan Luna yang baru berusia 17 tahun, masih duduk di kelas 3 SMU. Dengan kedua adiknya ini aku pun nantinya memiliki kisah tersendiri yang akan aku ceritakan di bagian yang terpisah.

Hubunganku dengan Anita memang tidak terlalu dekat, namun kami sering saling menyapa apabila berpapasan di jalan. Dan anaknya pun sering bermain dengan anakku. Ia type wanita yang ramah dan supel. Untuk berangkat bekerja Anita menggunakan sepeda motor matic nya. Ia berangkat sendirian. Tampaknya tempat kerjanya dan suaminya, berbeda arah, sehingga mereka menggunakan sepeda motor masing-masing. Dan ini menyulitkan ku untuk melakukan pendekatan padanya. Tak bisa kulakukan lagi cara pendekatan yang sama dengan Nanik yaitu beralasan berangkat bareng-bareng. Aku harus putar otak untuk bisa medekatinya.

Namun yang namanya rejeki kadang datang tiba-tiba. Pagi itu aku sedang memanaskan mesin motorku dan bersiap untuk berangkat kerja. Ketika itu kulihat Anita berjalan kaki ke ujung gang untuk berangkat kerja. Koq, tumben gak bawa motor? Gumanku dalam hati.

Karena hari itu hari Jumat, kulihat penampilan Anita cukup kasual. Dengan setelan celana jeans warna hitam dan blouse batik sebagai atasan, tidak mampu menyembunyikan bentuk tubuhnya yang aduhai. Bentuk dadanya yang membusung kedepan dan bokongnya yang melenggak-lenggok kekanan ke kiri dengan indahnya.Bergegas ku ambil helm serta jaket dan buru-buru pamit pada istriku untuk berangkat kerja.

Kuikuti Anita dari kejauhan. Dan begitu sampai di ujung gang segera kuhampiri dia.“Lho koq ga bawa motor mbak Anita? Mau kerja ya?” “Iya mas, kebetulan motorku lagi di pinjem adik untuk interview. ” “ Oh begitu…..”“ Mbak Anita kerja di Kelapa Gading khan, Kebetulan aku lagi ada urusan ke Sunter dan lewat kelapa gading. Bareng aja yuk.” ajakku

Sebenarnya alasanku ke Sunter hanya akal-akalan ku saja agar aku bisa ada alasan mendekatinya, kalo aku bilang mau ke Kelapa Gading, nanti terbaca donk niatku sesungguhnya. Hehehe Anita tampak ragu dengan ajakanku“Gak usah deh mas, aku naik angkot saja, lagi pula saya gak bawa helm.” “Udah gak apa apa Mbak, kalo pagi gini khan polisi belum ada, Masih pada tidur’” candaku.

Akhirnya ia luluh dengan ajakanku dan segera naik ke atas motorku. Motor ku berjenis motor sport sehingga posisi duduk pembonceng agak menunduk dan tentu saja ini memberikan manfaat tambahan bagiku. Untuk mengantisipasi hal tersebut Anita menempatkan tasnya diantara posisi dudukku dengan duduknya.

Namun tetap saja sesekali, tonjolan payudara nya menyentuh punggungku. Kulajukan sepeda motorku dengan santai agar aku punya waktu yang cukup lama untuk ngobrol dengannya. Obrolan kami ringan-ringan saja seputar pekerjaan dan kantornya. Tak lama kami pun tiba di kantornya yang berupa komplek ruko yang terletak tidak jauh dari Mall Kelapa Gading.

Setelah Anita turun dari motorku, ia pun mengucapkan terima kasih“Terima kasih Mas Herry atas tumpangannya.” “Iya sama-sama An.” Karena sudah mulai akrab, aku pun tidak lagi memanggilnya Mbak. Itupun karena Anita yang memintanya.“Oya nanti pulang bareng yuk. Aku pulang dari Sunter sore hari, kamu pulang jam berapa?” “Aku pulang jam 5 sore sih mas, tapi gak usah repot – repot, aku naik angkot aja, nanti merepotkan mas Herry lagi.” Elaknya.“ Enggak merepotkan koq An, daripada kamu naik angkot kemaleman sampe rumah.” “ Nanti jam 5 aku tunggu di sini ya,” Desakku.“Ya udah deh mas, tapi bener gak ngerepotin khan?” Tanyanya lagi.

“Enggak koq tenang aja.” “ Oya aku minta pin BB donk biar nanti gampang ngabarin kalo sudah sampai.”Dia lalu menyebutkan serangkain huruf dan angka Pin BB nya“Ya udah aku masuk dulu ya mas.” “Ok An. Selamat bekerja ya.” Anita pun tersenyum manis padaku, Aku segera melajukan motorku dengan cepat ke arah kantor ku di Sudirman, Sudah pasti terlambat ini.

Tapi ya sudahlah, tinggal nanti cari alasan kenapa terlambat sama si boss.***Pukul 4 sore, aku buru-buru menuju mesin absen finger scan dan keluar dari kantor secepatnya. Segera ku menuju ke parkiran motor dan melaju ke Kelapa Gading untuk menjemput Anita, sang wanita idaman lain.hehehePukul 4. 40 aku pun tiba di Kelapa Gading.

Aku sengaja menunggunya agak jauh dari kantornya agar tidak menimbulkan gossip dari rekan-rekan kerjanya. Segera ku kirim pesan via BBM yang mengabarkan keberadaanku. Tak lama BBM itu pun berbalas kalo ia sedang membereskan pekerjaannya dan bersiap pulang. Tak lama masuk lagi BBM darinya. Kali ini Anita mengabarkan kalo ia harus mengikuti meeting mendadak dengan pimpinan karena ada kekacauan sytem administrasi yang terjadi di bagiannya.

Dia mempersilahkan aku untuk pulang saja dan tidak usah menunggunya karena dia tidak tahu jam berapa meeting akan selesai. Tapi aku meyakinkan dia kalo aku akan tetap menunggu saja. Kasian juga kalo dia harus pulang malam naik angkot. Padahal sih dalam hati karena ada maunya.hehe Aku pun kembali menunggu di dekat sebuah kios rokok di pojokan tempat parkir komplek ruko tersebut. Untuk membunuh waktu, aku pun ngobrol dengan tukang parkir dan penjaga kios rokok tersebut. 

Pukul 19.30, masuk BBM yang mengabarkan kalo Anita sudah menyelesaikan meeting dengan pimpinannya dan sebentar lagi akan keluar kantor. Aku pun memberi tahu dimana posisiku. Tak lama sosok Anita terlihat keluar di sertai dua orang temannya. Setelah berpisah dengan teman-temannya, Anita lalu berjalan menghampiriku di kios rokok.“ih mas Herry sudah dibilangin pulang saja, masih aja nungguin aku,” gerutunya tapi sambil tersenyum.

“Biarin, abis nya kasian ngeliat kamu cantik-cantik malam-malam naik angkot.” Ujarku sambil memujinya. Anita sedikit tersepu mendengar pujianku“Ih mas Herry bisa aja, cantikan juga mbak Indri,” ia menyebut nama istriku.Aku hanya tertawa saja menanggapinya.“Ya sudah pulang yuk,” ajakku padanya.Segera kupakai jaket serta helmku dan menyalakan mesin motor, Anita pun segera menaiki jok motor.

Akupun mulai melajukan motorku ke arah tempat tinggal kami.Kursakan hawa malam itu begitu dingin dan udara terasa lembab, tanda-tanda akan turun hujan. Dan benar saja, ketika aku melaju di jalan Pegangsaan Dua, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, hujan turun dengan derasnya, secara tiba-tiba. Aku pun segera berusaha mencari tempat berteduh.

Tak lama aku pun menemukan sebuah warung yang sudah tutup dengan teras yang cukup untuk kami berteduh. Warung itu letaknya cukup tersembunyi dan tidak ada penerangan di terasnya. Penerangan hanya dari kendaraan yang lewat dan sedikit cahaya dari lampu merkuri penerang jalan.

Aku dan Anita setengah berlari menghindari hujan menuju teras warung tersebut, sedang motorku kubiarkan di bawah guyuran hujan. Karena terlambat mencari tempat berteduh, kulihat pakaian Anita sudah cukup basah terkena guyuran Hujan. Sedang aku, karena mengenakan Jaket kulit, hanya celana ku saja yang basah.

Segera kulepaskan jaket yang kukenakan, dan kukibaskan agar air yang menempel di bagian luarnya mengering. Kusampirkan jaketku di pundak Anita yang kulihat mulai menggigil kedinginan. Tangannya menyilang di depan dadanya. Kurapatkan jaketku agar ia bisa merasa lebih hangat. Ia melihat ke arahku dan megucapkan terima kasih dengan bibir yang sedikit gemetar menahan dinginnya suhu udara malam itu.

Ku perhatikan keadaan warung tersebut. Warung semi permanen itu dibangun dengan setengah tembok, setengahnya lagi kayu. Lantainya terbuat dari adonan semen dan pasir saja yang tidak di beri ubin . Kulihat kondisinya mulai sedikit berdebu, tampaknya warung ini sudah cukup lama tutup, mungkin karena bangkrut. Memang kulihat di sekitar warung tersebut suasananya cukup sepi, di sebelah kirinya terdapat lahan yang cukup luas yang tampaknya adalah garasi truk-truk ekspedisi yang malam itu terlihat kosong.

Di sebelah kanannya adalah lahan kosong yang ditumbuhi ilalang cukup tinggi.Cukup lama kami berteduh di teras warung tersebut, hujan turun semakin deras disertai kilat dan petir. Anita sering terpekik kala kilat menampakkan cahayanya di langit disertai suara petir yang menggelegar. Posisi berdirinya didekatkannya padaku.

Aku pun berinisiatif setengah memeluknya dari belakang. Awalnya aku hanya memegang pinggangnya tetapi lama kelamaan aku pun melingkarkan tanganku di depan perutnya. Entah karena terbawa suasana atau kedinginan, Anita mendiamkan saja perbuatanku itu. Kepala dan punggungnya malah di sandarkan ke dadaku. Aku terus memeluknya dari belakang sambil melihat ke arah jalan raya di mana lalu lintasnya semakin sepi.

Sudah satu jam kami berteduh di tempat tersebut. Tidak ada satupun dari kami yang besuara, sibuk dengan pikiran masing-masing.Sambil memeluknya dari belakang, aku mencium wangi harum rambutnya yag tergerai basah. Karena posisi kami yang berhimpitan, mau tidak mau batang kemaluanku menempel di bongkahan pantatnya yang cukup kenyal.

Dan sesekali bergesekan. Lama kelamaan hasrat kelelakian ku pun bangkit. Kejantananku sedikit demi sedikit mengeras di balik celana jeansku. Anita tampaknya menyadari perubahan biologis di tubuhku itu tetapi ia hanya melirikku sekilas sambil tersenyum. Merasa mendapat lampu hijau aku mulai berani untuk berbuat lebih. Segera kususupkan tanganku ke balik blus batiknya dan mengusap usap dengan halus dinding perutnya. Kurasakan otot-oto perut yang cukup liat dengan kulit yang halus. Bener-benar aduhai bodi si hesti batinku.

Anita sedikit mengelinjang ketika telapak tanganku menyentuh kulit perutnya.Karena malam makin dingin dan hasrat kelelakianku terus bergejolak, ku beranikan diri tanganku main lebih ke atas. Dengan cepat kususupkan ke balik bra yang dikenakannya. Anita cukup kaget dengan apa yang kulakukan dan berusaha berontak dan menepis kedua tanganku, tetapi dengan tidak kalah cekatan, aku memeluknya lebih keras dari belakang dan kedua telapak tanganku mencengkram dengan cukup kuat payudaranya.


Kurasakan payudara itu memiliki daging yang begitu kenyal dan terasa tonjolan puting susu yang makin mengeras. Segera saja aku mengusap usap puting dan payudara Anita dengan telapak tanganku. Akhirnya pertahanan Anita pun melemah, nafasnya mulai tersengal-sengal.

Kuciumi leher jenjangnya dan ia pun menggelinjang sambil merintih tertahan“aaahhhh….”Karena tubuh Anita yang menggelinjang, tubuhku pun sedikit terdorong ke belakang dan tersandar pada pintu warung. Tiba-tiba kunci pada pintu warung itu terlepas di karenakan dudukan kayu tempat kait gembok pengunci warung tersebut sudah lapuk termakan rayap. Pintu warung itu pun terdorong sedikit terbuka.

Aku segera menghentikan kegiatanku dan segera menarik kedua tanganku dari balik bajunya. Segera kuambil senter kecil yang selalu kubawa dari kantong jaketku. Kudorong pintu warung itu agar terbuka lebih lebar, dan segera kusinari seisi ruangan itu dengan cahaya senterku. Ruangan di dalam warung itu berukuran 3 x 3 meter.

Di dalamnya sudah kosong hanya ada sebuah lemari kaca yang sudah usang, mungkin bekas tempat meletakan barang dagangan. Sebuah bangku kayu seperti bangku yang biasa kita temui di sekolah dasar dan di pojokan ada sebuah bale/dipan yang terbuat dari potongan-

Ruangan itu sedikit berdebu dan di langit-langit kutemukan fiting lampu yang berisi bohlam kecil berdaya 5 watt dan saklar model tarik. Ku tarik saklar tersebut dan ternyata lampu itu masih menyala, entah mendapat pasokan listrik dari mana, mungkin ada sambungan dari garasi truk di sebelahnya.Ruangan itu menjadi lebih terang walau cahayanya masih temaram.

Suhu dalam ruangan tersebut lebih hangat di banding di luar. Segera saja Anita kuajak masuk ke bagian dalam warung. Anita agak ragu, tetapi kutarik lengannya agar ia segera masuk. Jauh lebih baik dan hangat di dalam di banding di luar. Anita meniup sedikit debu yang menempel pada bale-bale dan ia pun duduk di sisi bale tersebut.

Aku segera menutup pintu warung dari dalam agar ruangan menjadi lebih hangat, dan aku pun duduk disamping Anita, lama kami terdiam sambil menelisik dengan seksama keadaan ruangan tersebut.Akhirnya aku teringat akan permainan kami yang terputus di luar tadi. Anita lalu membuka jaket yang di sampirkan di bahunya dan meletakkan di sandaran kursi kayu. Aku segera menggeser tubuhku dan memposisikan tubuhku berhadapan dengan Anita. Anita terlihat cantik di bawah cahaya temaram lampu 5 watt, rambutnya sedikit acak-acakan dan basah.

Segera saja kuraih tengkuk Anita dengan tangan kananku dan mendekatkan wajahnya ke padaku. Segera kulumat bibir Anita yang telah merekah. Sementara tangan kiriku melingkar di pinggangnya. Cukup lama kami berpagutan dengan posisi duduk saling berhadapan.Aku pun mulai merebahkan tubuh Anita ke bale-bale sambil mulut kami tetap berpagutan.

Kugeser tubuhnya agak ketengah dan ia pun mengangkat kakinya naik ke atas bale-bale. Sudah tak kupedulikan lagi debu tipis yang menempel di bale tersebut. Hasrat kami jauh lebih menggebu di banding debu.Sambil terus mengulum bibirnya, lidahku dengan liar mengeksplore rongga mulut Anita. Ku susupkan kembali tanganku ke balik blouse nya dan berusaha meraih payudaranya.

Kumainkan lagi puting susu itu dengan telapak tanganku walapun blouse dan bra masih menempel di tubuhnya. Namun lama kelamaan posisi itu tidak membuatku nyaman. Kuhentikan pagutan bibirku dan segera kutarik ke atas blouse batiknya. Anita mengangkat tangannya ke atas dan mengangkat sedikit kepalanya. Blouse itu pun lolos dari tubuhnya. Setelah blouse nya terlepas, segera kuraih kait bara di punggung Hesti.

Ia sedikit melengkungkan punggungnya agar tanganku mudah meraih dan melepas kait bra yang dikenakannya. Bra itu pun akhirnya terlepas. Kini tampak di hadapanku tubuh Anita yang setengah telanjang dengan bentuk payudara yang bulat sempurna dan puting susu yang tidak terlalu besar berwarna coklat muda mendekati merah muda. Sesaat aku terpana dengan keindahan tubuh Anita.

Anita sadar aku memperhatikan tubuhnya lekat-lekat, ia pun mendekapkan tangannya menutupi payudaranya. Aku segera manarik tangan Anita ke atas dan menahannya dengan tanganku. Payudara itu kembali mencuat dengan puting susu yang sepertinya menantang untuk di hisap. Segera saja ku dekatkan wajahku ke payudaranya dan ku hisap puting susu payudara sebelah kirinya.

Anita melenguh dan punggungnya melengkung merasakan nikmat dari rangsangan yang kuberikan. Tanganku tetap menahan tangan Hesti di atas. Mulutku terus menghisap puting susu dan memainkan nya dengan lidahku bergantian di kedua payudaranya. Anita menggelinjang makin hebat, kepalanya tergolek ke kanan ke kiri dengan mulut yang terus meracau menahan nikmat.

“Aahhh…..ouuhhh….issshhhh….”Cukup lama aku memainkan kedua payudaranya. Setelah puas aku pun mulai membuka kancing dan retsleting celana jeans Anita lalu meloloskannya melewati kedua tungkai kakinya. Celana dalam hitam berenda yang dikenakannya kulepas juga. Di hadapanku kini tampak gundukan daging yang ditumbuhi bulu halus yang tersusun rapi. Terlihat garis yang membentuk belahan memeknya berwarna kemerahan. Liang vagina itu terlihat sempit, hampir tidak percaya kalau Anita sudah pernah melahirkan.

Dengan setengah berlutut di hadapannya, Kurenggangkan kedua pahanya dan kudekatkan wajahku ke liang vaginanya. Segera saja ku sapukan dengan lembut lidahku ke liang vaginanya. Anita kembali menjerit dan punggungya kembali melengkung.

Ku mainkan lidahku terus menembus liang vagina. Vagina itu benar-benar rapat dan wangi. Terus saja kusapukan lidakhku menerobos lobang kenikmatannya dan sesekali menyentuh klitorisnya. Anita terus merintih dan menggelinjang. Liang itu benar-benar basah oleh cairan kewanitaannya. Kurasakan kedutan halus otot-otot vaginanya di lidahku.

Setelah cukup lama aku pun bangkit. Sambil tetap berlutut di atas bale aku melepaskan seluruh pakaian dan celana yang ku kenakan termasuk celana dalam ku. Kontolku langsung melejit keluar, tegak mengacung dengan urat-urat yang terlihat menonjol. Anita sedikit kaget melihat ukuran kontolku. Ia pun bangkit. Sambil duduk bersimpuh di hadapanku, ia mulai memegang dan membelai kantung zakar dan batang penisku.

Perlahan di kulumnya batang kontolku. Batang kontol yang cukup besar dan panjang terlihat tidak sanggup dikulum seluruhnya oleh bibir mungil Anita. Tetapi aku cukup puas karena hisapan dan sapuan lidahnya yang lembut di batang dan kepala kontolku membuat aliran darah semakin deras mengalir ke urat-urat kejantananku. Kontolku pun semakin keras. 

Cukup lama Anita menghisap kontolku, akhinya ku cabut perlahan batang kontolku dari mulutnya dan kurebahkan tubuh Anita ke bale-bale. Kudekatkan kepala kontolku yang sudah basah oleh air liurnya ke arah liang vagina Anita.

Kedua paha nya di renggangkan dan lututnya di tekuk. Liang vagina itu sedikit merekah. Terlihat berwarna merah muda dan berkilat basah oleh cairan yang membanjirinya. Perlahan ku tempelkan kepala kontolku tepat di pintu masuk liang vaginanya.Ku majukan perlahan pinggulku dan kepala kontolku pun meyeruak masuk mencoba menembus pertahanan Hesti.

Terasa sempit. Anita pun seperti nya menahan rasa sakit. Ketika batang kontolku terbenam setengahnya di liang vaginanya. Kucoba memaju mundurkan batang kontolku perlahan. Akhirnya dengan sedikit paksaan, batang kontoku terbenam seluruhnya dalam liang vagina Anita. Anita menjerit tertahan merasakan tubuhnya di masuki batang kontol yang cukup besar.“aaacchhhhh…..iiissshhhhttt…..ooouuuuchhhh.”Saking sempitnya, vaginanya terlihat menggembung, sesak menampung batang kontolku.

Kudiamkan sesaat batang kontolku di dalam vagina Anita. Merasakan sensasi kedutan-kedutan halus otot vaginanya yang mencengkram erat seluruh batang kontolku. Sunggung sensasi yang tidak terkira.Perlahan ku maju mundurkan pinggulku lagi dan penisku terlihat bergerak maju mundur di liang vaginanya.

Batang itu terlihat basah berkilat dilumuri cairan kewanitaan Anita. Semakin lama kupercepat gerakan pinggulku dan Hesti pun makin meracau dan merintih merasakan kenikmatan persetubuhan kami.“Aaacchhhhh……ooouuchhhh…..acchhhhh……sssttt……mmmaaa asss….”Terus saja kuhujamkan batang kontolku ke vagina Anita. Posisiku setengah berlutut di topang kedua tanganku yang diposisikan mengapit kedua payudara Anita.

Daging kenyal itu bergesekan dengan kulit lenganku mencipatan sensasi tersendiri. Payudara itu terus berguncang mengikuti irama sodokan pinggulku.Serunya aktifitas kami di atas bale-bale menciptakan suara berderit yang cukup riuh di ruangan tersebut. Belum lagi suara nafas kami yang memburu dan rintihan serta suara Anita yang terus meracau, menciptakan suara-suara di malam sunyi itu.

Tiba-tiba Blackberry Anita berdering, Anita agak kaget. Segera di raihnya Blackberry yang diletakan di dalam tas tak jauh dari tubuhnya. Terlihat nama suaminya di layar BB. Anita member kode dengan telunjuknya, memintaku agar berhenti sesaat menggenjot tubuhnya.“iya mas…..” jawab Anita.“Aku masih di jalan, ini lagi berteduh. Aku numpang sama temen naik motor,” Anita pun berbohong pada suaminya“Iya sebentar lagi aku jalan,” tutupnya. Begitu bunyi percakapan Anita dengan suaminya di telepon.

Ketika menerima telpon, aku tidak menghentikan genjotanku, aku hanya mengurangi temponya, sehingga ia pun berbicara sedikit tertajah agar tidak sampai merintih. Di cubitnya perutku, sambil merajuk.“Hampir aja ketahuan,’ ujarnya lagi.Tidak tampak perasaan bersalah di wajahnya walau vagina yang seharusnya menjadi hak suaminya tengah di masuki oleh kontol tetangganya.

Tampak birahinya yang menggebu mengalahkan logika dan akal sehatnya. Segera aku menggenjot kembali pinggulku denga tempo yang lebih cepat. Anita kembali merintah dan tak lama ia pun menjerit panjang sambil meremas lenganku dengan kerasnya. Di bawah sana terasa kedutan dan otot vaginanya mencengkram makin keras di barengi dengan punggungnya yang sedikit melengkung menahan ledakan kenikmatan yang dirasakannya. Anita mencapai klimaksnya.

Melihatnya mengalami orgasme aku pun makin mempercepat tempo permainanku. Sudah 40 menit aku menggempurnya dengan posisi misionaris. Tak lama, pertahananku pun mulai jebol. Tempo sodokanku makin cepat lagi. Tubuhku mengejang dan pinggulku kudorong kuat kuat sehingga kantong zakarku membentur bibir vaginanya. Ujung penisku pun terasa menyentuh mulut rahimnya. Spermaku menyemprot dengan deras ke dalam liang vaginanya. Batang kontolku berdenyut dengan kerasnya.

Anita merasakan sensasi kenikmatan yang tiada tara. Matanya terpejam, mulutnya setengah terbuka. Suara rintihan tertahan keluar dari mulutnya seiring sensasi aliran lava hangat yang mengalir ke dalam tubuhnya. Tangannya tiba-tiba mencengkram tengkukku dan menarik wajahku mendekat padanya.

Dilumatnya bibirku dengan liarnya. Digigit-gigit juga bibir bawahku dan lidahnya menyapu liar setiap sisi rongga mulutku. Terlihatlah sisi liar Anita. Tubuh kami berhimpitan, tubuhku masih menindih tubuhnya. Payudaranya yang cukup keras tertindih dadaku. Keringat kami bercampur jadi satu. Cairan kelamin kami pun berpadu di liang vagina Anita.

Batang kontolku masih tertanam seluruhnya. Otot vagina Anita mencengkram dengan erat sepertinya enggan melepaskan batang kontolku. Hujan di luar makin reda seiring berakhirnya pertempuran kami. Suhu ruangan tidak lagi dingin namun panas diiringi suara nafas yang terengah-engah.Perlahan aku melepaskan bibir Anita dan mengeluarkan batang kontolku dari vaginanya. 

Terlihat batang kontolku sangat basah. Dan kulihat lubang memeknya yang tadi sempit kini merekah seperti bunga dan terlihat lelehan cairan putih spermaku. Aku pun bangkit berdiri dan mulai berpakaian. Hampir satu jam kami bersetubuh di warung itu. Anita tampaknya benar-benar kepayahan. Aku pun membantunya untuk bangkit dan mengenakan pakaiannya.

Kepalanya di sandarkan di bahuku dan kupapah tubuhnya menuju motor yang terpakir di luar. Dengan lembut Anita mencium pipiku sambil berbisik  “Besok lagi ya sayang………”

Minggu, 03 Februari 2019

Cerita Sex Memperkosa Atasan Ku Di Kantor

Februari 03, 2019 0

Ratu Coli - Saya merupakan karyawan swasta yang bergerak di bidang hiburan, kata tepatnya internet gaming centre di kawasan elite perumahan Kelapa Gading. Nama saya Ivan, usia saya bulan depan 24 tahun dengan tinggi badan 175 cm.

Postur badan saya standar sama seperti laki-laki Indonesia, mungkin karena saya suka kebugaran yang biasa saya lakukan kalo ada waktu senggang sehingga otot-otot di tubuh saya terlihat menonjol meskipun tidak sebesar Ade Ray, tapi cukuplah membuat seorang wanita untuk memperhatikannya ditambah lagi wajah saya yang terbilang lumayan mengoda wanita-wanita.

Pemilik usaha ini adalah seorang wanita yang kira-kira berusia 29 tahun dan belum menikah, namanya Cindy. Kriterianya tinggi badan 168 cm, ukuran buah dada 32A cukup mengiurkan untuk setiap laki-laki normal yang meliriknya. Struktur tubuh yang sangat mengairahkan dengan perpaduan bongkahan pantatnya yang sangat menantang, mungkin karena Bu Cindy rajin ikut senam aerobik yang membuat lekuk tubuhnya sungguh bagus dipandang mata.

Kepadatan buah dadanya yang membusung dan bongkahan pantatnya yang bulat sempurna terkadang membius laki-laki yang menatap caranya berjalan. Rambutnya yang lurus turun sebahu dengan rambut halus yang menjalar di lehernya yang jenjang, bibir sensualnya yang selalu dibalut lipstik pink membuat imajinasi setiap laki-laki ingin merasakan penis mereka dihisap oleh bibir manis milik Bu Cindy.

Saya berkerja sama Bu Cindy sebagai orang yang menyediakan laporan keuangan tentang perkembangan usahanya ini. Hampir setiap hari saya selalu pulang terakhir dan Bu Cindy selalu menunggu saya hingga ia dapat hasil dari usahanya perhari. Kekesalan saya terhadap Bu Cindy adalah karena dia orangnya terlalu kikir terhadap karyawannya, tidak memperdulikan kesejahteraan hidup karyawannya, dan masih banyak hal yang ia lakukan terhadap karyawan-karyawan yang lain.

Memang sudah lama saya menunggu satu kesempatan yang selama ini telah saya rencanain, tapi selalu saja gagal karena setiap ingin saya jalankan rencana ini selalu saja ada gangguan dari kakaknya yang telah berkeluarga.

Hingga suatu hari tepatnya hari Senin malam setelah sekitar jam 12 malam, waktu itu saya dan Bu Cindy sedang berada di ruangan kerja saya dan sedang menyelesaikan tugas saya. Sampai akhirnya terlintas pikiran jahat saya ingin berbuat sesuatu terhadap Bu Cindy atas segala kelakuannya dan atas kesombongannya yang beranggapan bahwa segalanya dapat dibeli dengan sejumlah uang yang ia miliki.

Malam ini Bu Cindy memakai baju kemeja putih yang terbuat dari bahan yang lumayan tipis hingga terlihat dengan jelas dua katup penyangga susunya yang berukuran 32A, sedangkan bawahannya Bu Cindy mengenakan celana putih ketat.

Pokoknya penampilan Bu Cindy sungguh mengiurkan dengan tonjolan susunya yang menyembul menantang serta bongkahan pantatnya yang padat memperlihatkan setiap lekukan-lekukan yang terlihat setiap Bu Cindy berjalan. Kesempurnahan tubuhnya ia dapatkan karena Bu Cindy adalah salah satu membership di salah satu pusat kebugaran yang berada kawasan Kuningan, Jakarta.

”Vann… tumben kenapa sih kamu lama banget sih selesaiin pembukuan harian kamu ini… Gak becus banget sih kerjanya… huu…” omel Bu Cindy dengan nada yang tinggi tepat di hadapan meja kerjaku.

”Sabar dong Bu… saya juga mau buru-buru selesai… tapi inikan masalah keuangan tidak bisa cepat-cepat mengerjakannya…” jawabku sambil menatap matanya dan berkata dalam hati bahwa nanti sebentar lagi dia gak bakal bisa berlagak sombong dihadapanku, malah mungkin dia yang akan menjadi budak nafsuku dan menuruti segala apa yang aku perintahkan. 

”Kamu kok memandang saya dengan tatapan seperti itu Van, seperti orang yang hendak memperkosa saya saja…” kata Bu Cindy dengan nada yang masih meninggi dengan memperlihatkan kekuasaaannya sebagai seorang owner.

”Trus memangnya kenapa Bu Cindy… kalaupun saya memperkosa anda sekarang!!! Saya rasa tak akan ada satu orangpun mengetahui bahwa Bu Cindy dan saya masih berada disini” jawabku dengan nada yang meninggi pula sambil menghampiri Bu Cindy yang mulai melangkah mundur karena merasa dirinya mulai terancam atas perkataan yang aku lontarkan.

”Ivan… kamu jangan coba macam-macam yah sama saya. Saya akan berteriak, kalau kamu coba-coba berbuat sesuatu sama saya” kata Bu Cindy sambil melangkah mundur hingga tubuhnya menabrak tembok yang tepat dibelakangnya.

”Silakan, kalau Bu Cindy hendak berteriak, apa Bu Cindy lupa sekarang kita berada dimana, mungkinkah orang-orang akan mendengar suara teriakan Bu Cindy” kataku sambil berjalan mendekatinya.

”Semua yang Bu Cindy lakukan hanyalah membuang-buang tenaga Bu Cindy saja, lebih baik nikmati apa yang akan Bu Cindy terima dari saya, hahahahaha….” sambungku sambil tertawa merasa suspectku ketakutan.

Saat itu aku bersama Bu Cindy berada di lantai 3 ruko tempat usahanya. Bagaimana kerasnya teriakan Bu Cindy tetap saja orang yang berada di luar takkan dapat mendengarnya, karena selain aku dan Bu Cindy ada di lantai 3, juga ruko ini di bangun dengan fasilitas kedap suara.

Aku bisa liat dari mata Bu Cindy yang semakin lama semakin ketakutan. Ketakutan yang semakin menjalar di dalam sekujur tubuhnya, tatapan mata yang seakan memohon sebuah pengampunan, langkah kaki yang mulai tertatih karena ketakutan yang dirasakan oleh wanita cantik itu.

”Vann… tolong kamu pikir-pikir kembali segala tindakan yang akan kamu perbuat. Saya tidak akan melaporkan ke polisi bila kamu mau melepaskan saya, dan saya akan memberikan uang berapapun yang kamu minta” kata Bu Cindy yang masih saja tetap menyombong, karena ia mengira segalanya dapat ia beli dengan uang yang ia miliki.

”Hahahahaha… apakah Bu Cindy pikir saya akan mempercayai segala apa yang ibu katakan, setelah apa yang saya liat tentang kelakuan ibu terhadap orang-orang kecil yang rendahkann” jawabku sambil mengeluarkan sebilah belati yang udah aku siapkan sedari tadi.

Aku berjalan menghampiri Bu Cindy dan kemudian menempelkan belati tersebut pada lehernya dan mengancam akan berbuat hal yang nekad terhadapnya.

”Ibu Cindy sebaiknya menuruti apa yang saya minta… bila Bu Cindy tidak berkerjasama atau tidak menuruti apa keinginan saya, maka jangan salahkan saya bila saya berbuat nekad bahkan melebihi apa yang terlintas di benak Bu Cindy…”ancamku agar Bu Sonia menuruti segala keinginanku.

”Memangnya kamu mau apa… dan apa yang kamu inginkan dari saya…” tanya Bu Cindy dengan nada yang tinggi seakan-akan dia merasa bahwa dia masih bisa mengendalikan aku.

”Hai… kamu jangan merasa sok berkuasa sekarang di depanku…” bentakku yang gak mau kalah suara dengan Bu Cindy, karena aku tahu sekarang dia sedang ketakutan setelah aku melontarkan ancaman demi ancaman.

”Sekarang… kamu mau tidak menuruti kemauanku” tanyaku sekali lagi dengan nada yang membesar dari yang sebelumnya.

”Ookkee… saya ikutin apapun yang kamu perintahin Van, asalkan saya di bebaskan…” akhirnya Bu Cindy memelankan nada suaranya, setelah merasa tindakan yang ia ambil akan mengakibatkan hal yang lebih fatal terhadap dirinya.

”Sekarang… kalau Bu Cindy sudah menyadari atas posisi Bu Cindy… baguslah dan saya juga tidak akan bertindak secara kasar terhadap ibu… asalkan Bu Cindy pun mau menjadi budak nafsu saya malam ini” sahutku sambil menghampiri posisi Bu Cindy yang berdiri mematung dihadapanku dan mengelilinginya.

”Apaaa… kamu bilang… jangan bermimpi saya mau tidur dengan kamu… apalagi menjadi budak nafsu kamu malam ini…” katanya dengan nada yang tinggi lagi.

”Heeyyy…. gak usah kamu sok galak lagi dihadapanku, simpan tenaga kamu baik-baik, kalau kamu tidak mau aku jamin kamu tidak bakal bisa lihat matahari terbit besok, mau kamu… sekarang aku tanya sekali lagi dan aku gak bakal tanya untuk kedua kalinya” bentakku tepat dihadapan muka Bu Cindy, sehingga bisa kulihat sekujur tubuhnya gemetaran karena seumur hidup belum pernah dirinya di maki-maki sama orang lain.

Namun Bu Cindy tidak menjawab pertanyaan yang aku lontarkan kepadanya melainkan hanya mengangguk pelan yang menandakan bahwa ia menyetujui segala yang aku ingini.

”Sekarang kamu buka baju kamu satu persatu hingga sisain BH dan celana dalam kamu saja” kataku mulai memberi perintah.

”Buka sekarang” bentakku saat dia hanya diam mematung saja dihadapanku.

Satu demi satu perlahan-lahan Bu Cindy mulai melepaskan baju dan celana yang dia pakai. Dengan liang air mata Bu Cindy masih mengharap belas kasih dariku, tapi semua itu sudah percuma sekarang di otakku cuman ingin ngentotin memek Bu Cindy yang membuatku penasaran walaupun masih terbungkus rapat dibalik celana dalam berendanya yang berwarna putih.

Gumpalan memeknya begitu mengoda hingga terasa kontolku sudah mengeras dan melejit dari celah pinggir celana dalamku. Tanpa ingin membuang waktu lebih lama lagi, kubuka celana panjang dan kemeja kerjaku dan hanya tinggal celana dalam yang belum aku buka.

”Sekarang kamu merangkak kesini…” perintahku pada atasanku yang cantik itu.

”Saya mohon Vann… ampuni segala kesalahan yang pernah saya lakuin… saya mohon…. saya akan berikan berapapun uang yang kamu inginkan… asal kamu mau lepasin saya…” iba Bu Cindy di hadapanku sambil menangis memohon.

Tanpa menjawab segala pertanyaannya, aku melayangkan tangan sebelah tangan kananku dan mendarat di pipi kirinya dan..

”Plaak…”

Pipi yang putih mulus tanpa cacat itu memerah dalam sekejap.

”Sekali lagi kamu… membanggakan soal kekayaan yang kamu miliki maka aku gak segan-segan menamparmu atau bahkan memukulmu, cepat lakukan apa yang tadi aku minta dan jangan sampai pipi sebelah kananmu juga merasakan tamparan tanganku, cepat….” ancamku dengan nada tinggi.

Perlahan-lahan Bu Cindy mulai berjalan merangkak dihadapanku, dan menatap ke arahku untuk menunggu sebuah perintah selanjutnya. Layaknya seekor anjing yang menunggu perintah dari majikannya.

”Buka celana dalamku, pakai mulutmu jangan pakai tangan tahu” perintahku setelah muka Bu Cindy tepat berada di depan celana dalamku.

Tangan kiriku kini mendarat di pipi kanannya saat dia membuka celana dalamku memakai tangannya.

”Plaak…”

”Gobloook… kamu tuli yah, aku bilang buka pakai mulut kamu, bukannya pakai tangan kamu… tolol…” maki-makiku terhadapnya sambil kulepaskan pengait BH berenda berwarna putih yang dikenakannya dan kemudian kulepaskan dari tubuh wanita yang sangat putih mulus itu. Kupakai BH itu untuk mengikat kedua tangannya ke belakang layaknya seorang tahanan perang.

Akhirnya Bu Cindy tidak berani lagi membantah segala yang aku perintahkan dan melakukan segala yang aku suruhkan kepadanya. Dengan bibirnya yang mungil dan tipis ia berusaha menurunkan celana dalamku. Ketika celana dalam itu ditariknya dengan mulutnya ke bawah, tepat di depan mukanya kontolku yang sudah keras itu keluar dengan paksa dan menampar tepat di keningnya.

”Masukkan kontol ini ke dalam mulut kamu dan kamu sepong kontol ini, aku yakin kamu nanti juga menikmati kontol laki-laki, karena kamu adalah perawan tua” perintahku sambil memegang kepalanya dengan tangan kiriku dan tangan sebelah kananku menutup lubang hidungnya karena Bu Cindy berusaha merapatkan mulutnya.

Ketika tiba-tiba Bu Cindy membuka mulutnya karena tidak kuat menahan nafas, langsung dengan cepat kusodokkan kontol itu ke dalam mulut mungilnya hingga kurasakan kepala kontolku mentok di tenggorokannya.

”Aaarkh…” suara Bu Cindy saat kusodokkan kontol itu ke dalam mulutnya yang mungil.

”Sekarang emut kontol ini kalo tidak kamu tahu sendiri akibatnya” ancamku ke Bu Cindy.

”Baaiikk… saya akan menuruti segala keinginnan kamu… asal jangan kamu ambil keperawanan saya. Kamu boleh pakai mulut saya untuk memuaskan nafsu kamu…” pinta Bu Cindy memohon untuk tidak merusak ’segel’ perawannya.

”Oke aku tidak bakal ngentotin memek kamu yang perawan, asalkan kamu mau puasin aku hingga aku benar-benar puas sama kamu” seruku menyetujui permintaan wanita itu.

Karena kulihat Bu Cindy mau melakukan oral sex dengan memakai mulutnya, maka aku bukakan ikatan tali BHnya pada kedua tangannya, lalu dengan sigap dia menggenggam batang kontolku dan mulai mengocok-ngocok pelan kontol itu kemudian tak berapa lama mulai dijilati lalu dihisap-hisapnya. Terkadang terasa ngilu di atas kepala kontolku kalau lubang kencingnya dihisap oleh Bu Cindy.

Gerakan Bu Cindy semakin lama semakin mahir dalam menyetubuhi kontolku dengan mulutnya. Mulut wanita itu yang terbilang mungil tampak terisi penuh oleh kontolku yang lumayan besar serta berurat di batangannya. kontol itu terkadang diselipin di sela gusi sebelah kanan lalu berganti tempat, demikian seterusnya.

Cukup lama adegan terlarang ini aku lakukan dengan Bu Cindy yang telah mulai terlihat bernafsu, deru nafasnya semakin tidak beraturan kala tanganku meremas susunya yang kencang dan kuyakin belum pernah terjamah oleh laki-laki manapun di dunia ini. Pentil-pentilnya terasa begitu mengeras dan tampak berwarna merah jambu. Merasa dalam posisi ini aku hanya fakum tak banyak bergerak, maka kemudian kusuruh Bu Cindy untuk merubah posisi menggantinya dengan gaya 69 yang paling aku gemarin.

Tanpa banyak membantah Bu Cindy langsung merubah posisinya yang tadi dan sekarang mengangkangi mukaku. Namun tanpa diperintahkan kini Bu Cindy kembali memasukkan kontolku ke dalam mulutnya melanjutkan ‘PR’nya yang belum selesai tadi. Sekarang aku bisa menatap dengan jelas daging cembung yang membelah namun masih tertutup rapat oleh celana dalam yang dikenakannya, lalu mulai kujilati memek itu meski masih dari luar celana dalamnya.


Tercium olehku bau yang sangat khas sekali dan sangat merangsang begitu hidungku mendekati celana dalam wanita itu. Setelah beberapa saat menciumi, menjilati, dan menggelitiki memek perawan itu dari luar celana dalamnya, aku perlahan mulai menurunkan dan akhirnya menarik lepas penutup ‘gua’ terlarang wanita itu.

Tampak olehku cairan lendir bening tertarik memanjang menempel pada celana dalam Bu Cindy ketika kutarik turun. Kujulurkan lidahku memotong cairan memanjang itu dan kurasakan rasa asin pada lidahku yang enak sekali. Wanita itu tampak sudah sangat terangsang oleh permainan yang baru pertama kali ini dilakukan sepanjang hidupnya itu.

Kini dengan sangat jelasnya tampak olehku ‘gua’ terlarang wanita itu yang dirambati oleh ‘tanaman rambat’ berwarna hitam pekat dan tumbuh dengan sangat suburnya menutupi lubang ‘gua’ yang masih perawan dan belum pernah dimasuki oleh siapapun itu. Perlahan dengan kedua tanganku mulai kubuka celah sempit itu setelah sebelumnya kusibakkan terlebih dahulu bulu-bulu jembutnya yang panjang-panjang dan sangat lebat itu. Kujilati dengan penuh nafsu yang menggebu sampai akhirnya lidahku menyentuh ke itilnya.

Sementara itu Bu Cindy tampak begitu menikmati kontolku yang terus keluar masuk mulutnya. Jilatan demi jilatan terus kulancarkan ke memeknya hingga beberapa saat kemudian Bu Cindy mulai mendesah mengeluarkan suara yang tertahan karena malu, karena sekarang ia dalam keadaan diperkosa yang walaupun akhirnya ia tak dapat pungkiri kenikmatan birahi yang ia dapatkan dari karyawannya sendiri.

Akhirnya desahan yang bersamaan dengan hawa nafsunya itu pun tak tertahankan lagi, desahannya kini tanpa malu malu lagi ia keluarkan.

Setiap sudut memeknya kujilat tanpa satu sisipun yang tertinggal. Memek Bu Cindy sekarang benar-benar sudah banjir karena lendir kawinnya mengalir tiada hentinya dari liang kemaluannya. Kedua kakinya pun ia buka selebar mungkin agar dapat kujilati seluruh isi memeknya yang tadi ia pertahankan tak ingin disentuh oleh laki-laki lain kecuali suaminya kelak nanti.

Kenyataannya sekarang adalah berbeda, sekarang nafsu birahi disekujur tubuhnya memaksanya menikmati pemerkosaan ini, meskipun di dalam batinnya menolak namun nafsunya lebih besar hingga ia pun kini kalah dengan nafsunya sendiri.

Kulihat Bu Cindy sudah dikuasai penuh oleh hawa nafsunya dan kini dia juga sudah tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Setelah aku merasa bahwa wanita dihadapanku ini sudah siap untuk disetubuhi lalu kuminta Bu Cindy untuk merubah kembali posisi 69 menjadi posisi normal dimana Bu Cindy tidur telentang dengan posisi kedua pahanya membuka lebar.

Perlahan kuarahkan kontolku ke arah selangkangannya. Wanita itu sadar akan situasi yang tidak ia inginkan, Bu Cindy menahanku dengan kedua belah kakinya. Namun akhirnya dapat kukuasai dan malahan mempermudahku untuk menyerang selangkangannya hingga terbuka lebar tanpa dapat terlindungi lagi dari hujaman kepala kontol yang botak itu yang mulai menerobos masuk. Meskipun susah namun berkat cairan kawinnya yang membuat licin memeknya membantu kontolku untuk menyibak belahan memek perawannya yang tadi tertutup rapat.

”Jangan Vann… tadi kamu sudah janji tidak akan melakukannya terhadap keperawanan saya ini… tolong Vann… saya mohon belas kasihan darimu…” katanya memelas.

”Saya tahu… tapi saya merasa iba terhadap Bu Cindy yang sungguh-sungguh mendambahkan sentuhan langsung laki-laki… sekarang saya ingin membagi kenikmatan kontol saya buat Bu Cindy” kataku santai.

”Aaaarrkkhh…. Vann… jjjaaanganan sssaaakiiitt….” erang Bu Cindy pada saat kontolku mulai masuk ke dalam memeknya.

Namun aku tidak langsung dengan cepat menarik kembali karena Bu Cindy baru pertama kali, maka aku diamkan sebentar di dalam agar kontolku juga bisa merasakan pijitan-pijitan kecil yang terjadi di dalam liang keperawanan Bu Sonia.

Selama 3 menitan aku diamkan kontolku di dalam memeknya sambil kujilati lehernya yang putih jenjang, wangi parfumnya yang sudah bercampur dengan keringatnya membuatku makin terangsang dan membuatku semakin bergairah menjilati lehernya. Tak puas menciumi dan menjilati lehernya, kuangkat kedua tangannya ke atas lalu dengan sangat bernafsunya kuciumi dan kujilati ketiaknya yang mulus dengan bulu-bulu ketiaknya yang sudah dicukur bersih itu.

Kurasakan oleh hidungku aroma ketiak wanita dewasa yang sangat khas dan itu semakin mempertinggi nafsuku. Meskipun dari sisi matanya berlinang air mata karena kehilangan mahkotanya, namun Bu Cindy akhirnya dapat menahannya dan mulai merasa suatu sensasi kenikmatan yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya.

”Gimana Bu… masih sakit memeknya…” kataku yang sedari tadi mengeluarkan kata-kata jorok yang kuyakini terkadang dapat memancing birahi Bu Cindy.

”Ssssstt… sssstt…” bukanlah jawaban yang kudengar namun desahan nikmat yang dikeluarkan oleh Bu Cindy.

Tanpa mau membuat Bu Cindy menunggu lama-lama lalu aku tarik perlahan kontolku dan kemudian kudorong kembali ke dalam memeknya, demikian berulang ulang hingga menimbulkan suara-suara khas dimana cairan kewanitaan bertemu dengan cairan laki-laki. Setiap kali kudorong kembali kontolku ke dalam memeknya, maka desahan Bu Cindy pun semakin kencang bersamaan dengan genggaman tangannya yang memegang pantatku, seperti hendak membantu menekan lebih kencang lagi.

”Gimana Bu Cindy… enakkan kontol saya ini… jawab…” tanyaku sambil semakin gencar menyerang lubang kawinnya dengan kontolku hingga susunya bergerak-gerak seakan kegirangan seiringan dengan sodokan kontolku.

”Ehhhmmmm… nnnaak… ennnakk…” jawabnya bersamaan dengan desahan nikmatnya.

”Sekarang bilang kalau Bu Cindy suka banget dientot sama kontol saya…” kataku.

”Aaaahh… please… please… fuck me more… setubuhi saya lebih keras Vann… saya ssukka banget kontol kamu oooohh…” racaunya keenakan.

Karena tak tahan merasakan kenikmatan persetubuhan yang dialaminya, tanpa sadar Bu Cindy mengucek-ucek itilnya sendiri dengan nafsu yang sangat menggebu.

”Wwwwwwuuuuhhhh….. itiiiiilkkuuuu… Ivannnnn itilkuu….ooohh Ivannnnn akuuuu tak taaaaahhaaaaan akkkkuuuu mauuuuuu keluaaaarrr….” jeritnya keras.

Hingga akhirnya kudapati sekujur tubuh Bu Cindy mulai mengejang dan kedua lengan tangannya memeluk erat pada leherku.

”Oooooooohhhhh… Aleeeeeeeeexx… akkkuuuuuuu keluaaaaarrrrr…” rintih keras Bu Cindy menggema di ruangan ketika mencapai orgasme pertamanya dalam hidupnya dengan sangat hebatnya.

Tubuhnya mengejang kedua kakinya terbujur kaku dan sesaat memejamkan matanya dan mulut mungilnya yang dihiasi lipstik merah muda itu terbuka sedikit. Terasa begitu nikmat sekali kontolku tersembur cairan kawin wanita yang masih perawan, hangatnya cairan tersebut membuatku mempercepat tempo persenggamaan ini tanpa memperdulikan tubuh Bu Cindy yang mulai kehilangan tenaga setelah dilanda kenikmatan seks yang ia terima barusan. 

Denyutan kecil mulai terasa di kelenjar kantung kelaminku dan aku buru buru mencabut kontolku dari dalam memek Bu Cindy, namun tiba tiba ada tangan yang menahan pantat gue dan memaksa kontolku tetap di dalam. Ternyata Bu Cindy yang menahan dan menekan kontolku ke dalam memeknya kembali. Dan..

”Croooot… crooot….”

Hingga tetesan terakhir tak tersisa kumuncratkan pejuku dengan derasnya di dalam memeknya, lalu aku merebahkan badanku tepat di samping tubuh Bu Cindy sambil tetap susunya.

Seperti manusia yang sudah kemasukan setan Bu Cindy kembali bangkit dan meraih batang kontolku, kembali berusaha membangkitkan kembali libidoku yang baru saja padam. Di kocok-kocoknya batang kontol berulang-ulang, dijilatinya kepala kontolku yang masih terasa ngilu. Dari kepala kontol hingga anusku dijilati oleh Bu Cindy dengan penuh birahi sehingga peju yang tersisa bersih dia telan.

Kembali lagi kontol dikulum dan sekarang mungkin lebih gencar dari sebelumnya. Aku hanya tidur telentang sambil mengumpulkan tenagaku dulu, kupegang kepalanya dengan kedua tanganku dan kutekan kontolku hingga terasa masuk ke dalam tenggorokannya, namun wanita itu malah menikmatinya meski terkadang Bu Cindy merasa kesusahan bernafas.

Hampir 10 menit Bu Cindy menggarap kontolku dengan sangat buas. Layaknya binatang yang dikurung bertahun-tahun dan melahap apapun demi memuaskan rasa laparnya yang terbenam selama ini.

”Aaaaahhh… saya mau keluar Bu… oooohh…..” erangku hingga mungkin sama dengan teriakan.

Namun Bu Cindy bukan memperlambat kemutannya tapi mempercepatkan gerakkannya sambil menghisap lubang kencingku. Pejuku keluar dan memuncrat tepat di dalam mulutnya. Sungguh-sungguh Bu Cindy menikmati sensasi seks ini meskipun kejadiaan ini bukan keinginannya namun sesungguhnya telah lama Bu Cindy mendambakan kenikmatan seks dengan laki-laki dan bukan hanya berimajinasi saja.

Aku kembali merebahkan tubuhku setelah tenagaku terkuras kembali. Sayup-sayup kudengar suara shower kamar mandi menyala, mungkin Bu Cindy ingin menyegarkan badannya dulu setelah pertempuran yang sangat dahsyat ini. Lalu aku mencoba tidur sebentar untuk memejamkan mataku.

Sekitar 30 menit kemudian aku merasa perutku lapar dan aku mencoba memakai baju dan turun ke lantai dasar menuju dapur ruko tempat kerjaku. Ketika sampai di dapur, kuliat Bu Cindy dengan masih bertelanjang bulat membuatkan makanan buatku. Kemudian nafsuku kembali membara lagi setelah melihat sosok wanita yang bertubuh sintal berisi tanpa sehelai benangpun berdiri dihadapanku. Langsung kembali kusetubuhi Bu Cindy di dalam dapur, tidak perduli tempat langsung kembali kugaruk memeknya.

Sekarang hubunganku dan Bu Cindy bukanlah antara boss dan karyawan namun sekarang aku menjalin hubungan dengan dia. Segala kebutuhan ditanggung oleh Bu Cindy semua termasuk dalam hal seks. Kapan saja kalau aku mau Bu Cindy selalu tidak pernah menolak untuk kusetubuhi, malah terkadang disaat aku lagi sibuk menghitung pendapatan perhari, Bu Cindy tanpa menanyakan kepadaku dia langsung mengambil posisi jongkok di bawah meja kerjaku dan mulai melakukan aktivitasnya menyetubuhi kontolku hingga keluar.