CERITA SEX

Senin, 24 Desember 2018

Cerita Sex Ku Ngentot Dengan Tante Dan Temannya


Ratu Coli - Setelah sepulang sekolah biasanya aku disuruh untuk menjaga toko milik tante girang, dia adalah teman dari ibuku yang saudaranya jauh sekali, aku mulai menjaga toko ini 3 minggu yang lalu, yang beli biasanya ibu ibu rumah tangga karena yang disediakan disini adalah menjual sembako, Toko milik tante Heni berdempetan dengan toko tante girang.

Dia biasanya saling omong-omong, bercanda gurau dengan Tante Girang, dan apabila telah begini tentu lama sekali selesainya. Dan seperti biasanya, aku pulang duluan ke rumah karena Tante Girang biasanya dijemput oleh suaminya atau anaknya.

Tapi suatu saat, ketika mau pulang aku teringat bahwa harus mengantarkan Indomie ke pelanggan, aku cepat-cepat balik ke toko. Dan memang toko sudah sepi, pintu pun hanya ditutup tanpa dikunci. Aku pun langsung masuk menuju tempat penyimpanan Indomie.

Ternyata aku menyaksikan peristiwa yang tidak kuduga sama sekali, kulihat Tante Girang dengan posisi terlentang di antara tumpukan karung beras sedang dioral kemaluannya oleh Bu Heni. Tante Girang sangat menikmati dengan rintihannya yang ditahan-tahan dan tangannya memegang kepala Bu Heni untuk dirapatkan ke selangkangannya.

Karena terkejut atas kedatanganku, maka keduanya pun berhenti dengan memperlihatkan wajah sedikit malu-malu. Tapi tidak sampai lima detik, mereka pun tersenyum dengan penuh artii

“Kamu belum pulang to Man, kebetulan lho kita bisa rame-rame, ya kan Bu Heni..?” ucap Tante Girang sambil menarik tangan Bu Heni ke arah kedua dadanya yang terbuka.

“Ayo sini Man.., jangan malu, ughh, ahh..!” desah Tante Girang lagi, kali ini tangannya melambai ke arahku.

Dan aku pun sempat bingung tidak tahu harus berbuat apa, tapi karena kedua wanita dalam keadaan tanpa pakaian seperti itu memanggilku, nafsu kelelakianku bangkit walaupun aku belum pernah merasakan sebelumnya.

Perlahan aku mendekati keduanya sambil melihat mereka berdua. Seperti seorang raja aku pun disambut, mereka yang tadinya telentang dan menindih kini mereka bangkit dan duduk sambil menata rambutnya masing-masing.

Hanya lima langkah aku pun sampai di hadapanya, dan dengan lihai mereka berdua langsung meremas selangkanganku.

“Man, ini pernah masuk ke sarangnya belum..?” tanya Tante Girang manja.
“Be.., belum Tante..!” jawabku polos sambil menahan rasa geli yang begitu nikmat.
“Wah.., hebat dong belum pernah. Pertama kali langsung dapat dua lubang..!” canda Bu Heni, sementara tangannya menarik lepas celanaku hingga aku benar-benar telanjang di hadapan mereka.

Dan sesaat kemudian aku merasakan kehangatan padab atang kemaluanku. Terdengar srup, srup ahh. Tante Girang dan Bu Heni seakan ingin berebut untuk menikmati batang kemaluanku yang berukuran normal-normal saja.

“Ayo Bu.., hisap yang lebih kenceng biar keluar isinya..!”
“Iya Bu.., ini kontol kok enak banget sih..?”
“Cupp.., crupp..!” kata mereka berdua saling menyahut.

Aku hanya pasrah menikmati perlakuannya dan sesekali kuusap pipi-pipi kedua Tante-Tante itu dengan nafsu juga.

Tidak sampai 10 menit, aku merasakan sesuatu kenikmatan luar biasa yang biasanya terjadi dalam mimpi, badanku menegang, mataku terpejam untuk merasakan sesuatu yang keluar dari kemaluanku. Tumpahan maniku memuncrat mengenai wajah Bu Heni dan Tante Girang, dan dengan serta merta Tante Girang mengalihkan lumatan dari punyaku ke wajah Bu Heni.

Dengan buas sekali mereka saling berciuman bibir, berebutan untuk menelan air kenikmatan punyaku. Aku pun berjongkok dan membuka paha Tante Girang, Tante Girang hanya menurut.

“Mau apa kau Sayang..?” desah Tante Girang.

Aku hanya diam saja dan mengarahkan wajahku ke arah selangkangannya yang berbau anyir dan tampak mengkilap karena sudah basah. Aku mencoba untuk melakukan seperti di film-film. Kumasukkan lidahku ke dalam rongga-rongga vaginanya serta menyedot-nyedot klitorisnya yang kaku itu.

Kurasakan ketika aku menyedot benda kecil Tante Girang, Tante Girang selalu menggelinjang dan mengangkat pantatnya, sehingga kadang hidungku ikut mencium benda kecil itu.

"Man.., kamu kok pinter banget sih, terus, terus uggh.. ughh.. ahhh, ehh, aahhh..!” ceracau Tante Girang.
“Terus Man, terus..! Beri Tantemu surga kenikmatan, ayo Man..!” ucap Bu Heni yang memilin dan mengemut puting susu Tante Girang

“Terus Bu..! Man.., aku mau muncrat! Ayo Man., sedot yang keras lagi..!” pinta Tante Girang.

Aku pun semakin liar memainkan vaginanya, dan dengan teriakan Tante Girang, “Aghh.., ughh..!” lidahku merasakan ada cairan kental keluar dari vagina Tante Girang. Aku cepat-cepat menangkapnya dan sedikit ragu untuk menelannya.

"Man, sudah Man.., Tante sudah puas nih..! Kamu gantian dengan Bu Heni ya..!” ucapnya sambil tangannya mengusap cairannya yang keluar dari liang senggamanya.

Aku pun tidak sadar bahwa batang kemaluanku sudah bangun lagi, tegak dengan sempurna walaupun sedikit terasa ngilu.

“Bentar Man.., kamu disini dulu ya..!” pinta Bu Heni sambil keluar ke tempat tumpukan koran dan mengambil beberapa lembar.

Kemudian Bu Heni masuk ke gudang lagi dengan menggelar koran yang dibawanya. Setelah kira-kira cukup, Bu Heni menelentangkan tubuhnya dan memanggilku, “Ayo sekarang giliran saya dong Man..!” katanya sambil tangannya meremas susunya sendiri.

Aku pun langsung Mendatanginya dan kedua tangan pun mengganti tangannya untuk meremas susu-susunya yang masih kenyal. Lembut, halus, enak rasanya memegang payudara orang dewasa.

“Man.., masukin dong tuh burung kamu ke lubang Heni, ayo dong Man..!” bisiknya lembut.

Aku pun berusaha untuk mengarahkan masuk ke liangnya, tapi dasar memang masih amatir, terasa terpeleset terus.

“Ayo Heni bantu biar nggak salah sasaran..!” ucapnya.

Dan tangannya pun memegang batang kemaluanku dengan lembut dan memberikan kocokan sebentar, dan akhirnya dibimbing masuk ke lubang kenikmatannya.

Ini pertama kali kurasakan penisku masuk ke sarangnya. Terasa hangat, lembab, nikmat dan seperti ditarik-tarik dari dalam kamaluan Bu Heni. Secara naluri aku pun mulai menggerakkan pantatku maju mundur secara pelan dan berirama.

“Terus Man..., masukkin lagi yang lebih dalam, ayooo, ughh..!” desah Bu Heni.

Tangan Bu Heni pun telah memegang pantatku dan menekan-nekan supaya doronganku lebih keras, sedangkan kakinya telah melingkar di pinggangku.

Kira-kira hanya 10 menit berlalu, Bu Heni menjerit sambil menggaruk punggungku dengan keras, “Ooohhh.., aku ngecrot.., Man..! Yeess.., uhhh..!”

Kemudian tubuhnya lunglai dan melepaskan kakinya yang melingkar di pinggangku. Aku pun bangkit meninggalkan Bu Heni yang telentang dan tampak dari liang kenikmatannya sangat banyak cairan yang keluar. Kuhampiri Tante Girang yang mulai menutup pintu-pintu tokonya. Aku pun turut membantunya untuk mengemasi barang-barang.

Setelah beberapa menit menunggu jemputan, terdengar telpon berdering. Setelah kuangkat ternyata mobil yang dipakai menjemput dipakai suaminya untuk ngantar tetangga pindahan. Kemudian aku pun menawarkan untuk mengantarkan ke rumah Tante Girang dengan Impresa 95 kesayanganku.

Di dalam perjalanan, Tante banyak bercerita bahwa hubungan lesbinya dengan Bu Heni sudah 3 tahun, karena Omku suka pulang malam (mabuk-mabukan, judi, nomor buntut, dan sebagainya) sehingga tidak puas bila dicumbu oleh Omku. Sedangkan Bu Heni memang janda karena suaminya minggat dengan wanita lain.

Sampai di rumah Tante Girang, suasananya memang sepi karena anaknya kuliah dan Omku sedang mengantar tetangga pindah rumah. Setelah aku angkat-angkat barang ke dalam rumah, aku pun lalu pamitan mau pulang kepada Tante Girang . Aku terkejut, ternyata Tante Girang bukannya memperbolehkan aku pulang, tetapi malah menarik tanganku menuju kamar Tante Girang.

“Man.., Tante tolong dipuasin lagi ya Yang..!” pintanya sambil memelukku dan menempelkan kedua buah dadanya ke tubuhku.

Aku pun mencium bibirnya yang terbuka dan mengulumnya dengan nafsu, demikian pula Tante Girang. Kemudian dengan dorongan, jatuhlah tubuh kami berdua di kasurnya, dan dengan bersemangat kami saling meraba, menindih, merintih. Hingga akhirnya aku melepaskan maniku ke dalam kemaluan Tante Girang.


Aku pun pamitan pulang dengan mencium bibirnya dan meremas susunya dengan lembut. Kemudian dari laci lemari diambilnya uang seratus ribuan, dan diberikan kepadaku, “Untuk rahasia kita..!” katanya.

Sampai saat ini lebih dari 2 tahun aku bekerja di toko Tante Girang, dan hubungan badanku dengan Tante Girang dan Bu Heni masih berlangsung. Dan yang menyenangkan adalah Kelly, anak Bu Heni mau kupacari, dan aku ingin menjadikannya sebagai istri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar