CERITA SEX

Minggu, 13 Januari 2019

Cerita Sex Ngentot Dengan Istri Karyawanku Yang Sange Berat


Ratu Coli - Hari itu salah seorang direktur perusahaan, Pak Eric, sedang mengadakan resepsi pernikahan anaknya di sebuah hotel bintang lima di kawasan Senayan. Tentu saja akupun diundang, dan malam itu akupun meluncur menuju tempat resepsi diadakan. Aku pergi bersama dengan James, temanku waktu kuliah di Amerika dahulu. Sesampainya di hotel tampak para undangan sebagian besar membawa pasangannya masing-masing. Iri juga melihat mereka ditemani oleh istri dan anak mereka, sedangkan aku, karena masih bujangan, ditemani oleh si bule ini.

“Selamat malam Pak..” sapa seseorang agak mengagetkanku. Aku menoleh, ternyata Karin sekretarisku yang menyapaku. Dia datang bersama tunangannya. Tampak sexy dan cantik sekali dia malam itu, disamping juga anggun.

Berbeda sekali jika dibandingkan saat aku sedang menikmati tubuhnya,.. Liar dan nakal. Dengan gaun malam yang berdada rendah, belahan buah dadanya yang besar tampak menggoda. “Malam Karin” balasku. Mata James tak henti-hentinya menatap Karin, dengan pandangan kagum. Karin hanya tersenyum manis saja dilihat dengan penuh nafsu seperti itu.

Tampak dia menjaga tingkah lakunya, karena tunangannya berada di sampingnya. Kamipun lalu berbincang-bincang sekedarnya. Lalu akupun permisi hendak menyapa para undangan lain yang datang, terutama para klienku.

“Malam Pak Endy..” seorang wanita cantik tiba-tiba menyapaku. Dia adalah Erni, istri dari Pak Arifin, manajer keuangan di kantorku. Mereka baru menikah sekitar tiga bulan yang lalu. “Oh Erni.. Malam” kataku “Pak Arifin dimana?” “Sedang ke restroom.. Sendirian aja Pak?” tanyanya. “Sama teman” jawabku sambil memandangi dia yang malam itu tampak cantik dengan gaun malamnya dengan anggun.

Belahan gaunnya yang tinggi memamerkan pahanya yang putih menggiurkan. Dadanya walaupun tak sebesar Karin, tampak membusung menantang. “Makanya, cari istri dong Pak.. Biar ada yang nemenin” katanya sambil tersenyum manis. “Belum ada yang mau nih” “Ahh.. Bapak bisa saja.. Pasti banyak banget cewek yang mau sama bapak.. Kalau belum married saya juga mau lho..” jawabnya menggoda.

Memang Erni ini rasanya punya perasaan tertentu padaku. Tampak dari cara bicaranya dan cara dia memandangku. “Oh.. Kalau saya sih mau lho sama kamu biarpun kamu sudah married” kataku sambil menatap wajahnya yang cantik. “Ah.. Pak Endy.. Bisa aja..” jawabnya sambil tersipu malu. “Bener lho mau aku buktiin?” godaku “Janganlah Pak.. Nanti kalau ketahuan suamiku bisa gawat” jawabnya perlahan sambil tersenyum. “Kalau nggak ketahuan gimana.. Nggak apa khan?” rayuku lagi.

Erni tampak tersipu malu. Wah.. Aku mendapat angin nih.. Memang aku sejak berkenalan dengan Erni beberapa bulan yang lalu sudah membayangkan nikmatnya menyetubuhi wanita ini. Dengan kulit putih, khas orang Bandung, rambut sedikit ikal sebahu, bibir tipis, dan masih muda lagi. Dia baru berumur 24 tahunan.

“Gimana nih setelah kawin.. Enak nggak? Pasti masih hot y. “Godaku lagi. “Biasa aja kok Pak.. Kadang enak.. Kadang nggak.. Tergantung moodnya” jawabnya lirih. Dari jawabannya aku punya dugaan bahwa Pak Arifin ini tidak begitu memuaskannya di atas tempat tidur. Mungkin karena usia Pak Arifin yang sudah berumur dibandingkan dengan dirinya yang masih penuh gejolak hasrat seksual wanita muda. Pasti jarang sekali dia mengalami orgasme.

Uh.. Kasihan sekali pikirku. Tak lama Pak Arifin pun datang dari kejauhan. “Wah.. Pak Arifin. Punya istri cantik begini kok ditinggal sendiri” kataku menggoda. Erni tampak senang aku puji seperti itu. Tampak dari tatapan matanya yang haus akan kehangatan laki-laki tulen seperti aku ini. “Iya Pak.. Habis dari belakang nih” jawabnya. Tatapan matanya tampak curiga melihat aku sedang mengobrol dengan istrinya yang jelita itu. Mungkin dia sudah dengar kabar akan ke-playboyanku di kantor. “Ok saya tinggal dulu ya Pak Arifin.. Erni” kataku lagi sambil ngeloyor pergi menuju tempat hidangan.

Aq pun menyantapnya nikmat. Maklum perutku sudah keroncongan, terlalu banyak basa-basi dengan para tamu undangan tadi. Kulihat si James masih ngobrol dengan Karin dan tunangannya. Ketika aku mencari Erni dengan pandanganku, dia juga sedang mencuri pandang padaku sambil tersenyum. Pak Arifin tampak sedang mengobrol dengan tamu yang lain. Memang payah juga bapak yang satu ini, tidak bisa membahagiakan istrinya.

Erni kemudian berjalan mengambil hidangan, dan akupun pura-pura menambah hidanganku. “Erni.. Kita terusin ngobrolnya di luar yuk” ajakku berbisik padanya “Nanti saya dicari suami saya gimana Pak..” “Bilang aja kamu sakit perut.. Perlu ke toilet. Aku tunggu di luar”Kataku sambil menahan nafsu melihat lehernya yang putih jenjang, dan lengannya yang berbulu halus Tak lama Erni pun keluar ruangan resepsi menyusulku.

Kamipun pergi ke lantai di atas, dan menuju toilet. Aku berencana untuk bermesraan dengan dia di sana. Kebetulan aku tahu suasananya pasti sepi. Sebelum sampai di toilet, ada sebuah ruangan kOsong,, sebuah meeting room, yang terbuka. Wah kebetulan nih, pikirku. Kutarik Erni ke dalam dan kututup pintunya. Tanpa basa-basi lagi, aku cium bibirnya yang indah itu. Erni pun membalas bergairah. Tangan kupun bergerak merambahi buah dadanya, sedangkan tanganku yang satu mencari kaitan retsleting di belakang tubuhnya.

Kulepas gaunnya sebagian sehingga tampak buah dadanya yang ranum hanya tertutup BH mungil berwarna krem. Kuciumi leher Erni yang jenjang itu, dan kusibakkan cup BHnya kebawah sehingga buah dadanya mencuat keluar. Langsung kujilati dengan rakus buah dada itu, aku hisap dan aku permainkan putingnya yang sudah mengeras dengan lidahku.

“Oh.. Pak Endyy..” desah Erni sambil menggeliat. “Enak Er..” “Enak Pak.. Terus Pak..” desahnya lirih. Tangankupun meraba pahanya yang mulus, dan sampai pada celana dalamnya. Tampak Erni sudah begitu bergairah sehingga celananya sudah lembab oleh cairan kewanitaannya. Erni pun kemudian tak sabar dan membuka kancing kemeja batikku. Dicium dan dijilatinya putingku.. Lalu terus ke bawah ke perutku.

Kemudian dia berlutut dan dibukanya retsleting celanaku, dan tangannya yang lentik berbulu halus itu merogoh ke dalam mengeluarkan kemaluanku dari celana dalamnya. Memang kami sengaja tidak mau telanjang bulat karena kondisi yang tidak memungkinkan. “Ohh.. Besar sekali Pak Endyy.. Ernii suka..” katanya sambil mengagumi kemaluanku dari dekat. “Memang punya suamimu seberapa?” tanyaku tersenyum menggoda. “Mungkin cuma separuhnya Pak Endyy.. Oh.. Ernii suka..” katanya tak melanjutkan lagi jawabannya karena mulutnya yang mungil itu sudah mengulum kemaluanku.

“Enak Pak?” tanyanya sambil melirik nakal kepadaku. Tangannya sibuk meremas-remas buah zakarku sementara lidahnya menjilati batang kemaluanku. “Enak sayang.. Ayo isap lagi” jawabku menahan rasa nikmat yang menjalar hebat. sementara kedua tangannya meremas-remas pantatku. Sangat sexy sekali melihat pemandangan itu.

Seorang wanita cantik yang sudah bersuami, bertubuh padat, sedang berlutut didepanku dengan pipi yang menggelembung menghisap kemaluanku. Terlebih ketika kemaluanku keluar dari mulutnya, tanpa menggunakan tangannya dan hanya menggerakkan kepalanya mengikuti gerak kemaluanku, Ernii mengulumnya kembali. “Hm.. tongkol bapak enak banget.. Erni suka tongkol yang besar begini” desahnya. Tiba-tiba terdengar bunyi handphone.

Erni pun menghentikan isapannya. “Iya Mas.. Ada apa?” jawabnya. “Lho Mas udah pikun ya.. Khan Erni tadi usah bilang.. Erni mau ke toilet.. Sakit perut.. Gimana sih” Erni berbicara kepada suaminya yang tak sabar menunggu. Sementara tangan Erni yang satu tetap meraba dan mengocok kemaluan atasan suaminya ini. “Iya Mas.. Mungkin salah makan nih.. Sebentar lagi Mas.. Sabar ya..”

Kemudian tampak suaminya berbicara agak panjang di telepon, sehingga waktu tersebut digunakan Erni untuk kembali mengulum kemaluanku sementara tangannya masih memegang handphonenya. “Iya Mas.. Erni juga cinta sama Mas..” katanya sambil menutup telponnya. “Suamiku sudah nunggu. Tapi biarin aja deh dia nunggu agak lama, soalnya Erni pengin puas dulu”. Sambil tersenyum nakal Erni kembali menjilati kemaluanku.

Aku sudah ingin menikmati kehangatan tubuh wanita istri bawahanku ini. Kutarik tangannya agar berdiri, dan akupun tiduran di atas meja meeting di ruangan itu. Tanpa perlu dikomando lagi Erni menaiki tubuhku dan menyibak gaun dan celana dalamnya sehingga vaginanya tepat berada di atas kemaluanku yang sudah menjulang menahan gairah. Erni kemudian menurunkan tubuhnya sehingga kemaluankupun menerobos liang vaginanya yang masih sempit itu. “Oh.. My god..” jeritnya tertahan.

Kupegang pinggangnya dan kemudian aku naik-turunkan sehingga kemaluanku maju mundur menjelajahi liang nikmat istri cantik Pak Arifin ini. Kemudian tanganku bergerak meremas buah dadanya yang bergoyang saat Erni bergerak naik turun di atas tubuhku. Sesekali kutarik badannya sehingga buah dadanya bergerak ke depan wajahku untuk kemudian aku hisap dengan gemas. “Ohh Pak Endyyy.. Bapak memang jantan..” desahnya “Ayo Pak.. Puaskan Erni Pak..” Santi berkata sambil menggoyang-goyangkan badannya maju mundur di atas kemaluanku.

Setelah itu dia kembali menggerakkan badannya naik turun mengejar kepuasan bercinta yang tak didapatkan dari suaminya. Setelah beberapa menit aku turunkan tubuhnya dan aku suruh dia menungging sambil berpegangan pada tepian meja. Aku sibakkan gaunnya, dan tampak pantatnya yang putih menggairahkan hanya tertutup oleh celana dalam yang sudah tersibak kesamping.

Kuarahkan kemaluanku ke vaginanya, dan langsung kugenjot dia, sambil tanganku meremas-remas rambutnya yang ikal itu. “Kamu suka Err?” kataku sambil menarik rambutnya ke belakang.

“Suka Pak.. Endyyy.. Suka..”

“Suamimu memang nggak bisa ya”

“Dia lemah Pak.. Oh.. God.. Enak Pak.. Ohh”

“Ayo bilang.. Kamu lebih suka ngent*tin suamimu atau aku” tanyaku sambil mencium wajahnya yang mendongak ke belakang karena rambutnya aku tarik.

“Erni lebih suka dient*tin Pak Endyy.. Pak Endyy jantan.. Suamiku lemah.. Ohh.. God..” jawabnya. “Kamu suka tongkol besar ya?” tanyaku lagi

“Iya Pak.. Oh.. Terus Pak.. Punya suamiku kecil Pak.. Oh yeah.. Pak Endyy besar.. Ohh yeah oh.. God. Suamiku jelek.. Pak Endyy ganteng. Oh god. Enakhh..” Erni mulai meracau kenikmatan.

“Oh.. Pak.. Erni hampir sampai Pak.. Ayo Pak puaskan Erni Pak..” jeritnya.

“Tentu sayang.. Aku bukan suamimu yang lemah itu..” jawabku sambil terus mengenjot dia dari belakang.


Tangankupun sibuk meremas-remas buah dadanya yang bergoyang menggemaskan. “Ahh.. Erni sampai Pak..” Erni melenguh ketika gelombang orgasme menerpanya. Akupun hampir sampai. Kemaluanku sudah berdenyut- denyut ingin mengeluarkan laharnya. Kutarik tubuh Erni hingga dia kembali berlutut di depanku. Kukocok-kocok kemaluanku dan tak lama tersemburlah spermaku ke wajahnya yang cantik.

Kuoles- oleskan sisa-sisa cairan dari kemaluanku ke seluruh wajahnya. Kemudian Erni pun mengulum dan menjilati kemaluanku hingga bersih.

“Terimakasih Pak Endyy.. Erni puas sekali” katanya saat dia membersihkan wajahnya dengan tisu. “Sama-sama Erni. Saya hanya berniat membantu kok” jawabku sambil bergegas membetulkan pakaianku kembali.

“Ngomong-ngomong, kamu pintar sekali blowjob ya? Sering latihan?” tanyaku.

“Erni sering lihat di VCD aja Pak. Kalau sama suami sih jarang Erni mau begitu. Habis nggak nafsu sih lihatnya”

Wah.. Kasihan juga Pak Arifin, pikirku geli. Malah aku yang dapat menikmati enaknya dioral oleh istrinya yang cantik jelita itu.

“Kapan kita bisa melakukan lagi Pak” kata Erni mengharap ketika kami keluar ruangan meeting itu. “Gimana kalau minggu depan aku suruh suamimu ke luar kota jadi kita bisa bebas bersama?”

“Hihihi.. Ide bagus tuh Pak.. Janji ya” Erni tampak gembira mendengarnya.

Kamipun kembali ke ruangan resepsi. Erni aku suruh turun terlebih dahulu, baru aku menyusul beberapa menit kemudian. Sesampai di ruang resepsi tampak James sedang mencari aku.

“Hey man.. Where have you been? I’ve been looking for you”

“Sorry man.., I had to go to the restroom. I had stomachache” jawabku.

Tak lama Erni datang bersama Pak Arifin suaminya.

“Pak Endyy, kami mau pamit dahulu.. Ini Erni nggak enak badan.. Sakit perut katanya”

“Oh ya Pak Arifin, silakan saja. Istri bapak cantik harus benar- benar dirawat lho..” Erni tampak tersenyum mendengar perkataanku itu, sementara wajah Pak Arifin menunjukkan rasa curiga. He.. He.. Kasihan, pikirku.

Mungkin dia akan syok berat bila tahu aku baru saja menyetubuhi istrinya yang cantik itu. Tak lama aku dan James pun pulang. Sebelum pulang aku berpapasan dengan Karin, sekretarisku. Aku suruh dia untuk mendaftarkan Pak Arifin Untk training ke singapura. Memang baru-baru ini aku mendapat tawaran training ke Singapore dari salah satu perusahaan.

Lebih baik Pak Arifin saja yang pergi, pikirku. Toh memang dia yang mengerjakan pekerjaan itu di kantor, sedangkan aku hanya akan menolong istrinya yang cantik mengarungi lautan birahi selama dia pergi nanti. Tak sabar aku menanti minggu depan datang. Nanti akan aku ceritakan lagi pengalamanku bersama Erni bila saatnya tiba. Dengan tidak adanya batas waktu karena terburu-buru, tentu aku akan lebih bisa menikmati dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar