CERITA SEX

Selasa, 22 Januari 2019

Cerita Sex Ngentot Dengan Sahabat Istriku


Ratu Coli -  Aku bangun kesiangan. Kulirik jam dinding…ah… pukul 8 pagi…Suasana rumahku sepi. Tumben, pikirku. Segera aku meloncat bangun, mencari-cari istri dan anak-anakku..tidak ada…Ahh…baru kuingat, hari Minggu ini ada acara di sekolah anakku mulai jam 9 pagi. Pantas saja mereka sudah berangkat. Istriku sengaja tidak membangunkan aku untuk ikut ke sekolah anakku, karena malamnya aku pulang kantor hampir pukul 4 pagi.

Yah, beginilah nasib auditor kalau lagi dikejar laporan audit. Untung saja, ada anggota timku yang bisa mengurangi keteganganku. Ya, Irma tentunya, yang semalam telah memberikan servis untukku. Baginya, bersetubuh dengan lelaki lain selain suaminya bukan hal yang tabu, karena dia sendiri juga tidak mempermasalahkan jika suaminya berkencan dengan wanita lain. Prinsip mereka, yang penting pasangan tidak melihat kejadian itu dengan mata kepala sendiri.

Aku tersenyum mengingat kejadian semalam. Sebenarnya jam 11 malam kami sepakat untuk pulang kantor, tapi ternyata aku dan Irma sama2 lagi horny. Akhirnya, terjadilah seperti yang sudah kuceritakan diatas. Tak terasa, aku mulai horny lagi. tongkolku pelan2 mengangguk-angguk dan mulai mengacung.

“Walah…repot bener nih, pikirku. “Lagi sendiri, eh ngaceng.” Kebetulan, di rumah tidak ada pembantu, karena istriku, lebih suka bersih2 rumah sendiri dibantu kedua anakku. “Biar anak-anak gak manja dan bisa belajar mandiri. Lagian, bisa menghemat pengeluaran,” kilah istriku. Aku setuju saja.

Kurebahkan tubuhku di sofa ruang tengah, setelah memutar DVD BF. Sengaja kusetel, biar hasratku cepet tuntas. Setelah kubuka celanaku, aku sekarang hanya pakai kaos, dan tidak pakai celana. Pelan-pelan kuurut dan kukocok tongkolku. Tampak dari ujung lubang tongkolku melelehkan cairan bening, tanda bahwa birahiku sudah memuncak.

Aku pun teringat Sella, sahabat istriku. Kebetulan Sella berasal dari suku Chinese. Dia adalah sahabat istriku sejak dari SMP hingga lulus kuliah, dan sering juga main kerumahku. Kadang sendiri, kadang bersama keluarganya. Ya, aku memang sering berfantasi sedang menyetubuhi Sella. Tubuhnya mungil, setinggi Irma, tapi lebih gendut. Yang kukagumi adalah kulitnya yang sangat-sangat-sangat putih mulus, seperti warna patung lilin. Dan pantatnya yang membulat indah, sering membuatku ngaceng kalo dia berkunjung.

Aku hanya bisa membayangkan seandainya tubuh mulus Sella bisa kujamah, pasti nikmat sekali. Fantasiku ini ternyata membuat tongkolku makin keras, merah padam dan cairan bening itu mengalir lagi dengan deras. Ah Sella… seandainya aku bisa menyentuhmu..dan kamu mau ngocokin tongkolku.. begitu pikiranku saat itu.

Lagi enak-enak ngocok sambil nonton bokep dan membayangkan Sella, terdengar suara langkah sepatu dan seseorang memanggil-manggil istriku.“Verr…Vera…aku dateng,” seru suara itu…Oh my gosh…itu suara Sella…mau ngapain dia kesini, pikirku. Kapan masuknya, kok gak kedengaran? Sella memang tidak pernah mengetuk pintu kalau ke rumahku, karena keluarga kami sudah sangat akrab dengan dia dan keluarganya.

Belum sempat aku berpikir dan bertindak untuk menyelamatkan diri, tau-tau Sella udah nongol di ruang tengah, dan…“AAAHHH…Ferry…!!!!,”jeritnya. “Kamu lagi ngapain?”“Aku…eh…anu…aku….ee…lagi…ini…,”aku tak bisa menjawa pertanyaannya. Gugup. Panik. Sal-ting. Semua bercampur jadi satu. Orang yang selama ini hanya ada dalam fantasiku, tiba-tiba muncul dihadapanku dan straight, langsung melihatku dalam keadaan telanjang, gak pake celana, Cuma kaos aja.

Ngaceng pula.“Kamu dateng kok gak ngabarin dulu sih?” aku protes.“Udah, sana, pake celana dulu!” Pagi-pagi telanjang, nonton bf sendirian,lagi ngapain sih?”ucapnya sambil duduk di kursi didepanku.“Yee…namanya juga lagi horny…ya udah mending colai sambil nonton bf. Lagian anak-anak sama mamanya lagi pergi ke sekolah. Ya udah, self service,”sahutku.“Udah, Ferry, sana pake celana dulu. Kamu gak risih apa?” “Ah, kepalang tanggung kamu dah liat? Ngapain juga dtitutupin? Telat donk,”kilahku.

“Dasar kamu ya. Ya, udah deh, aku pamit dulu. Salam aja buat istrimu. Sana, terusin lagi.” Sella beranjak dari duduknya, dan pamit pulang.Buru-buru aku mencegahnya. “Sell, ntar dulu lah…,”pintaku.“Apaan sih, orang aku mau ngajak Vera jalan, dia nggak ada ya udah, aku mau jalan sendiri,”sahutnya.

“Bentar deh Sell, tolongin aku, gak lama kok, paling sepuluh menit,”aku berusaha merayunya.“Gila kamu ya!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”Sella protes sambil melotot. “Kamu jangan macem-macem deh, Ferry. Gak mungkin donk aku lakukan itu,”sergahnya.“Sell,”sahutku tenang. “Aku gak minta kamu untuk melakukan hal itu. Enggak, aku Cuma minta tolong, kamu duduk didepanku, sambil liatin aku colai.”“Gimana?”Sella tidak menjawab. Matanya menatapku tajam.Sejurus kemudian..“Ok, Sell. Aku janji gak ndeketin apalagi menyentuh kamu.

Tapi, sebelum itu, kamu juga buka bajumu dong…pake BH sama CD aja deh, gak usah telanjang. Kan kamu dah liat punyaku, please?” aku merayunya dengan sedikit memelas sekaligus khawatir.“Hm…fine deh. Aku bantuin deh…tapi bener ya, aku masih pake BH dan CDku dan kamu gak nyentuh aku ya. Janji lho,”katanya.

“Tapi, tunggu. Aku mau tanya, kok kamu berani banget minta tolong begitu ke aku?” ”Yaaa…aku berani-beraniin…toh aku gak nyentuh kamu, Cuma liat doang. Lagian, kamu dah liat punyaku? Trus, aku lagi colai sambil liat BF…lha ada kamu, kenapa gak minta tolong aja, liat yang asli?”kilahku.“Dasar kamu. Ya udah deh, aku buka baju di kamar dulu.” “Gak usah, disini aja,”sahutku.

Perlahan, dibukanya kemejanya…dan…ah payudara itu menyembul keluar. Payudara yang terbungkus BH sexy berwarna merah…menambah kontras warna kulitnya yang sangat putih dan mulus. Aku menelan ludah karena hanya bisa membayangkan seperti apa isi BH merah itu. Seteah itu, diturunkannya zip celana jeansnya, dan dibukanya kancing celananya.

Perlahan, diturunkannya jeansnya…sedikit ada keraguan di wajahnya. Tapi akhirnya, celana itu terlepas dari kaki yang dibungkusnya. Wow…aku terbelalak melihatnya. Paha itu sangat putih sekali. Lebih putih dari yang pernah aku bayangkan. Tak ada cacat, tak ada noda. Selangkangannya masih terbungkus celana dalam mini berbahan satin, sewarna dengan Bhnya.

Sepertinya, itu adalah satu set BH dan CD.“Nih, aku udah buka baju. Dah, kamu terusin lagi colinya. Aku duduk ya.” Sella segera duduk, dan hendak menyilangkan kakinya. Buru-buru aku cegah.“Duduknya jangan gitu dong…” “Ih, kamu tuh ya…macem-macem banget. Emang aku musti gimana?”protes Linda. “Nungging, gitu?” ”Ya kalo kamu mau nungging, bagus banget,”sahutku.“Sori ye…emang gue apaan,”cibirnya.“Kamu duduk biasa aja, tapi kakimu di buka dikit, jadi aku bisa liat celana dalam sama selangkanganmu. Toh veggy kamu gak keliatan?”usulku.“Iya…iya…ni anak rewel banget ya.

Mau colai aja pake minta macem-macem,” Sella masih saja protes dengan permintaanku.“Begini posisi yang kamu mau?”tanyanya sambil duduk dan membuka pahanya lebar-lebar.“Yak sip.” Sahutku. “Aku lanjut ya colinya.”

Sambil memandangi tbuh Sella, aku terus mengocok tongkolku, tapi kulakukan dengan perlahan, karena aku nggak mau cepet-cepet ejakulasi. Sayang, kalau pemandangan langka ini berlalau terlalu cepat. Aku pun menceracau, tapi Sella tidak menanggapi omonganku.

“Oh… Seeeelllll….kamu kok mulus banget siiiihhh….”aku terus menceracau. Sella menatapku dan tersenyum.“Susumu montok bangeeeettttt… pahamu sekel dan putiiiihhhh….hhhhh….bikin aku ngaceng, Seeeeeelll……”Sella terus saja menatapku dan kini bergantian, menatap wajahku dan sesekali melirik ke arah tongkolku yang terus saja ngacai alias mengeluarkan lendir dari ujung lobangnya.“Pantatmu, Seeeellll….seandainya kau boleh megang….uuuuhhhhh….apalagi kena tongkolku….oouuufff…..pasti muncrat aku….,”aku merintih dan menceracau memuji keindahan tubuhnya.

Sekaligus aku berharap, kata-kataku dapat membuatnya terangsang.

Sella masih tetap diam, dan tersenyum Matanya mulai sayu, dan dapat kulihat kalo nafasnya seperti orang yang sesak nafas. Kulirik ke arah celana dalamnya…oppsss….aku menangkap sinyal kalo ternyata Sella  juga mulai ternagsang dengan aktivitasku. Karena celana dalamnya berbahan satin dan tipis, jelas sekali terlihat ada noda cairan di sekitar selangkannya.

Duduknya pun mulai gelisah. Tangannya mulai meraba dadanya, dan tangan yang satunya turun meraba paha dan selangkangannya. Tapi Sella nampak ragu untuk melakukannya. Mungkin karena ia belum pernah melakukan ini dihadapan orang lain.

Kupejamkan mataku, agar Sella tau bahwa aku tidak memperhatikan aktivitasku. Dan benar saja…setelah beberapa saat, aku membuka sedikit mataku, kulihat tangan kiri Sella meremas payudaranya dan owww…BH sebelah kiri ternyata sudah diturunkan…Astagaaa..!!! Puting itu merah sekali…tegak mengacung. Meski sudah melahirkan, dan memiliki satu anak, kuakui, payudara Sella lebih bagus dan kencang dibandingkan Irmaa. Kulihat tangan kiri Sella memilin-milin putingnya, dan tangan kanannya ternyata telah menyusup ke dalam celana dalamnya.

“Sssshh….oofff….hhhhhh…..:” Kudengar suaranya mendesis seolah menahan kenikmatan. Aku kembali memejamkan mataku dan meneruskan kocokan pada tongkolku sambil menikmati rintihan-rintihan Sella.

Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang hangat…basah…lembut…menerpa tongkol dan tanganku. Aku membuka mata dan terpekik. “Sell…kamu…,”leherku tercekat.“Aku nggak tega liat kamu menderita, Ferr,”sahut Sella sambil membelai tongkolku dengan tangannya yang lembut.My gosh…perlahan impin dan obsesiku menjadi kenyataan. tongkolku dibelai dan dikocok dengan tangan Sella yang putih mulus.

Aku mendesis dan membelai rambut Sella. Kemudian secara spontan Sella menjilat tongkolku yang sudah bene-bener sewarna kepiting rebus dan sekeras kayu. Dan…hap…! Sebuah kejadian tak terduga tetapi sangat kunantikan…akhirnya tongkolku masuk ke mulutnya. Ya, tongkolku dihisap Sella. Sedikit lagi pasti aku memperoleh lebih dari sekedar cunilingis.

Tak tahan dengan perlakuan sepiha Sella, kutarik pinggulnya dan buru-buru kulepaskan Cdnya.“Kamu mau ngapain, Ferr?” Sella protes sambil menghentikan hisapannya. Aku tidak menjawab, jariku sibuk mengusap dan meremas pantat putih nan montok, yang selama ini hanya menjadi khayalanku.“Ohh..Sell…boleh ya aku megang pantat sama memiaw kamu?”pintaku.“Terserah…yang penting kamu puas.”Segera kuremas-remas pantat Sella yang montok.

Ah, obsesiku tercapai…dulu aku hanya bisa berkhayal, sekarang, tubuh Sella terpampang dihadapanku.Puas dengan pantatnya, kuarahkan jariku turun ke anus dan vaginanya. Sella merintih menahan rasa nikmat akibat usapan jariku.“Achh… Seeeellll…enak bangeeeeett….sssshhh…….”aku menceracau menikmati jilatan lidah dan hangatnya mulut Sella saat mengenyot tongkolku. Betul-betul menggairahkan melihat bibir dan lidahnya yang merah menyapu lembut kepala dan batang kelelakianku.

Hingga akhirnya….“Seeeelll….bibir kamu lembut banget sayaaaannggg….aku…kach…aku…”“Keluarin sayang…tongkol kamu udah berdenyut tuh….udah mau muncrat

yaaa….”“I…iiy…iiyyaaa…. Seeeellllll ….Ouuuuufuffffff…..argggghhhhhhhhhh…..”Tak dapat kutahan lagi. Bobol sudah pertahananku. Crottt…..crooottt….crooootttt…Spermaku muncrat sejadi-jadinya di muka, bibir dan dada Sella. Tanganhalus Sella tak berhenti mengocok batang kejantananku, seolah ingin melahap habis cairan yang kumuntahkanOhhhh…….my dream come true….. Obsesiku tercapai…pagi ini aku muncratin pejuhku di bibir dan muka Sella.“Seell…kamu gak geli sayang…? Bibir, muka sama dada kamu kenas permaku?” Sella menggeleng dengan pandangan sayu.

Tangannya masih tetap memainkan tongkolku yang sedikit melemas.“Kamu baru pertam kali kan, mainin koto orang selain suami kamu?” “Iya, Ferr. Tapi kok aku suka ya…terus terang, bau sperma kamu seger banget…kamu rajin maka buah sama sayur ya?” tanya Sella.“Iya…kalo gak gitu, Vera mana mau nelen sperma aku.”“Aihhh….” Sella terpekik. “Vera gak mau nelen sperma?”Aku mengangguk. “Keapa Sell? Penasaran sama rasanya? Lha itu spremaku masih meleleh di muka sama dada kamu.

Coba aja rasanya,”sahutku.“Mmmm…ccppp…ssllrppp….” terdengar lidah dan bibir Sella mengecap spermaku. Dengan jarinya yang lentik, disapunya spermaku yang tumpah didada dan mukanya, kemudian dijilatnyajarinya smape bersih. Hmmm….akhirnya spermaku masuk kedalam tubuhnya…“Iya, Ferr, sperma kamu kok enak ya, aku gak ngerasa enek pas nelen sperma kamu…””Mau lagi….?”“Ih…kamu tuch ya…masih kurang, Fer?”“Lha kan baru oral belum masuk ke meqi kamu, Se;.” Sahutku…”Tuh, liat…bangun lagi kan?”“Dasar kamu ya….””Bener kamu gak mau spermaku ? Ya udah kalo gitu, aku mau bersih-bersih dulu.”ancamku sambil bangkit dari kursi.“Mau sih…Cuma takut kalo Vera dateng…gimana donk….” Sella merajuk.

Perlahan kuhampiri Sella, kuminta dia duduk di sofa, sambil kedua kakiya diangkat mengangkang.Kulihat meqinya yang licin karena cairan cintanya meleleh akibat perbuatan jariku.“Hmmm…Sel…meqi kamu masih basah…kamu masih horny dong…”tanyaku.“Udah, Ferr….cepetan deh…nanti istrimu keburu dateng…Lagian aku udah…Auuuwwww….!!!! Ohhh..Shhhhh…….” Sella memiawik saat lidahku menari diujung klitorisnya.“Feerrr…kamu gilaaa yaaa…”bisiknya samil menjambak rambutku.

Kumainkan lidahku dikelentitnya yang udah membengkak. Jari ku menguak bibir vagina Sella yang semakin membengkak. Perlahan kumasukkan telunjukku, mencari G-spotnya.Akibatnya luar biasa. Sella makin meronta dan merintih. Jambakannya makin kuat. Cairan birahinya makin membasahi lidah dan mulutku. Tentu saja hal ini tak kusia-siakan.

Kusedot kuat agar aku dapat menelan cairan yang meleleh dari vaginanya. Ya…aroma vagina Sella lain dengan aroma vagina istriku. Meskipun keduanya tidak berbau amis, tapi ada sensasi tersendiri saat kuhirup aroma kewanitaan Sella.“C’mon..Ferrr…I can’t stand…ochhh…ahhhhhh…shhhh……c’mon honey….quick…quick….”Aku paham, gerakan pantt Sella makin liar. Makin kencang. Kurasakan pula meqinya mulai berdenyut…..seentar lagi dia meledak, pikirku.

“Ting…tong…”bel rumahku berbunyi.“Mas…..mas Ferry….”suara wanita didepan memanggil namaku.Sontak kulepaskan jilatanku. Sella memandang wajahku dengan wajah pucat. Aku pun memandang wajahnya dengan jantung berdebar.“Ferr.kok kyaka suara Vivi  ya…” Sella bertanya“Wah..mau ngapain dia kesini…..gawat dong…”ucapku ketakutan. “Udah Sell, kamu masuk kamarku dulu deh…cepetan…”

Segera Sella berjingkat masuk ke kamarku, mungkin sekalian membersihkan tubuhnya karena dikamarku ada kamar mandi. Aku tau ada sebersit ekspresi kecewa di wajahnya, karena Sella hampir meledakkan orgasmenya, yang terputus oleh kedatangan Vivi, sahabatnya sekaligus sahabat istriku.

Setelah kupakai kaos dan celana yang kuambil dari lemari dan cuci muka sedikit, aku menuju ke ruang tamu, membuka pintu.

“Halo, mas….’Pa kabar..?” sahut Vivi begitu melihatku membuka pintu.“Baik, dik. Ayo masuk dulu. Tumben nih pagi-pagi, kayaknya ada yang penting?” tanyaku seraya mengajak Vivi menuju ruang tengah.Mataku sedikit terbelalak melihat pakaiannya. Bagaimana tidak?Kaos ketat menempel dibadannya, dipadukan dengan celana spandex ketat berwarna putih.

Aku melihat lipatan cameltoe di selangkangannya menandakan bahwa didaerah itu tidak ada bulu jembutnya, dan saat aku berjalan dibelakangnya, tak kulihat garis celana dalam mebayang di spandexnya.Hmm…mana mungkin dia gak pake CD..mungkin pake G-string, pikirku.Kami berdua segera menuju ruang tengah.

Untung saja, film bokep yang aku setel udah selesai, jadi Vivi nggak sempat melihat film apa yang tengah aku setel.“Ini lho mas, aku mau anter oleh-oleh. Kan kemarin aku baru dateng dari Jepang. Nah, ini aku bawain ….sedikit bawaan lah, buat kamu sama Vera.

Itung-itung membagi kesenangan.”“Wah…tengkyu banget lho…kamu baik banget”“Ah, biasa aja lageee..hehehe”Kami berdua sejenak ngobrol-ngobrol, karena memang sudah beberapa bulan Vivi nggak berkunjung ke rumahku. Vivi ini adalah salah satu sahabat istriku, selain Sella. Diam-diam, akupun juga terobsesi dapat menikmati tubuhnya.

Ya, Vivi seorang wanita yang mungil. Tinggi badannya nggak lebih dari 155cm. Bandingkan dengan tinggiku yang 170. Warna kulitnya putih, tapi cenderung kemerahan. Hmm..aku sering berkhayal lagi ngent*tin Vivi, sambil aku gendong dan aku rajam memiawnya dengan tongkolku. Pasti dia merintih-rintih menikmati hujaman tongkolku…

“Hey…bengong aja…ngeliatin apa sih..” tegur Vivi.

“Eh…ah…anu…enggak. Cuma lagi mikir, kapan ya gw bisa jalan-jalan sama kamu…”Eits..kok ngomongku ngelantur begini sih. Aduh…gawat deh…“Alaaa..mikirin jalan-jalan apa lagi ngeliatin sesuatu?” Vivi melirikku dengan pandangan menyelidik.Mati aku…berarti waktu aku ngeliatin bodynya, ketahuan dong kalo aku melototin selangkangannya. Wah….“Ya udah, mas. Aku pamit dulu, abis Vera pergi.

Lagian,dari tadi kamu ngeliatin melulu. Ngeri aku…ntar diperkosa sama kamu deh..hiyyy…” Vivi bergidik ambil tertawa.Aku Cuma tersenyum.“Ya udah, kalo kamu mau pamit. Aku gak bisa ngelarang.”“Aku numpang pipis dulu ya.”Vivi menuju kamar mandi di sebelah kamarku.“Iya.”

Tepat saat Vivi masuk kamar mandi, sambil berjingkat Sella keluar dari kamarku.Aku terkejut, dan segera menyuruhnya masuk lagi, karena takut ketahuan. Ternyata CD Sella ketinggalan di kursi yang tadi didudukinya waktu sedang aku jilat memiawnya.

Astagaaa…untung Vivi nggak ngeliat…atu jangan-jangan dia udah liat, makanya sempat melontarkan pandangan menyelidik? Entahlah…“Cepeeeett..ambil trus ke kamar lagi.”perintahku sambil berbisik. Sella mengangguk, segera menyambar Cdnya dan…

“Ceklek….!”Pintu kamar mandi terbuka, dan saat Vivi keluar, kulihat wajahnya terkejut melihat Sella berdiri terpaku dihadapannya sambil memegang celana dalamnya yang belum sempat dipakainya. Ditambah keadaan Sella yang hanya memaki kaos, tetapi dibawah tidak memakai celana jeansnya. Akupun terkejut, dan berdiri terpaku.

Hatiku berdebar, tak tahu apa yang harus kuperbuat atau kuucapkan. Semuanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan tak terelakkan. Kepalaku terasa pening.

“Sella…? Kamu lagi ngapain?” Vivi bertanya dengan wajah bingung campur kaget.“Eh…anu…ini lho…”kudengar

Sella gelagapan menjawab pertanyaan Vivi.“Kok kamu megang celana dalem? Setengah telanjang lagi?” selidik Vivi. “Oo…aku tau…pasti kamu berdua lagi berbuat yaaa…?”“Enggak Vii. Ngaco kamu, orang Vivi lagi numpang dandan di kamarku kok.” Sergahku membela diri.“Trus, kalo emang numpang dandan, ngapain dia diruangan ni, pake bawa celana dalem lagi.” Udah gitu telanjang juga..Hayo!!!” Vivi bertanya dengan galak.“Sini liat.”

Vivi menghampiri Vivi dan cepat merebut celana dalam yang dipegang Sella, tanpa perlawanan dari Sella.“Kok basah…?”Vivi mengerutkan keningnya. “Nhaaaaa..bener kan…hayooooo….kamu ngapain…?””udah deh, Vii…emang bener, aku lagi mau ML sama Sella. Belum sempet aku ent*t, sih. Baru aku jilat-jilat memiawnya, keburu kamu dateng.” Aku menyerah dan memilih menjelaskan apa yang barusan aku lakukan.“Kamu tuh ya…udah punya istri masih doyan yang lain.

Ini cewek juga sama aja, gatel ngeliat suami sahabatnya sendiri.” Vivi memaki kami berdua dengan wajah merah padam.“Terserah kamu lah…kamu mau laporin aku sama Sella ke polisi…silakan. Mau laporin ke Vera…terserah….”ucapku pasrah.“Hmm…kalo aku laporin ke Vera…kasian dia. Nanti dia kaget.Kalo ke polisi….ah…ngrepotin.” Vivi meninmbang-nimbang apa yang hendak dilakukannya.“Gini aja mas. Aku gak laporin ke mana-mana, tapi ada syaratnya.” Vivi memberikan tawarannya kepadaku.

“Apa syaratnya, Vii?”“Nggak berat kok. Gampang banget dan mudah.”“Iya, apaan syaratnya?” Sella ikut bertanya“Terusin apa yang kamu berdua tadi lakuin. Aku duduk disini, nonton. Bagaimana?”“WHAT?” aku dan Sella berteriak bebarengan. “Gila lu ya, masa mau nonton orang lagi ML?”“Ya terserah kamu. Mau pilih mana…?” Vivi mencibir dengan senyum kemenangan.

Aku dan Sella saling berpandangan. Kuhampiri Sella, kubelai tangan dan rambutnya. Sella seolah memahami dan menyetujui syarat yang diajukan Vivi. Segera saja kulumat bibirnya yang ranum dan tanganku meremas pantatnya yang sekel. Sella segera membuka kaosnya.Sambil terus berciuman dan meremas pantatnya, kubimbing Sella menuju sofa. Kurebahkan ia disana, dan dengan cekatan dilepaskannya kaos dan celana ku sehingga aku sekarang telanjang bulat di hadapan Sella dan Vivi.

Aku melirik Vivi, yang duduk menyilangkan kakinya. Kulihat wajahnya menegang seperti tegangnya tongkolku. Aku tersenyum-senyum kearahnya, sambil memainkan dan mengocok-ngocok tongkolku, seolah hendak memamerkan kejantananku.“Ayo, Ferr…cepetan deh…udah gak tahan, honey…” Sella merintih. “Biarin aja si Vivi…paling dia juga udah basah.”“Enak aja kamu bilang.”sergah Vivi. “Udah buruan, aku pengen liat kayak apa sih kalian kalo ML.”
Aku menatap mata Sella yang mulai sayu dan tersenyum.

Setelah melepas seluruh pakaiannya, sempurnalah ketelanjangbulatan kami berdua. Tak sabar, segera kusosor memiaw Sella yang sangat becek oleh lendir birahinya.

“Achhhh….sshhhh….ooouufffffggg… Ferrrrryyyy….” Sella menjerit dan mengerang menerima serangan lidahku. Pantatnya tersentak keatas, mengikuti irama permainan lidahku.Hmmm…nikmat sekali. memiawnya berbau segar, tanda bahwa memiaw ini sangat terawat. Dan yang membutku girang adalah lendir memiawnya yang meleleh deras, seiring dengan makin kuatnya goyangan pinggulnya.

“Hmmmppppppff… Ferryy… Ferrrryyy…sayaaaanngg.. akh…akh…akkkkkuu…”Sella terus merintih. Nafasnya tersengal-sengal, seolah ada sesuatu yang mendesaknya.‘Akku……mmmhhhhh…ssshhh….”“Keluarin sayang….keluarin yang banyak…..”aku berbisik sambil jari tengahku terus mengocok memiawnya, dan jempolku menggesek itilnya yang sudah sangat keras. Baik itil maupun memiaw Sella sudah benar-benar berwarna merah, sangat basah akibat lendirnya yang meleleh, hingga membasahi belahan pantat dan sofa.

Segera aktivitas tanganku kuganti dengan jilatan lidahku lagi. Hal ini membuatpaha Sella menegang, tangannya menjambak rambutku, sekaligus membenamkan kepalaku ditengah jepitan pahanya yang menegang. Aku merasakan memiawnya berdenyut, dan ada lelehan cairan hangat menerpa bibirku.

“ANDREEEEEEWWWWWWW…..AAAAACCCCHHHHHHHHH……” Sella menjerit keras sekali, menjepit kepalaku dengan pahanya, menekan kepalaku di selangkangannya dan berguncang hebat sekali.Tak kusia-siakan lendir yang meleleh itu. Kusedot semuanya, kutelan semuanya. Ya, aku tidak mau membuang lendir kenikmatan Sella.

Sedotanku pada memiawnya membuat guncanganLinda makin keras…dan akhirnya Linda terdiam seperti orang kejang. Tubuhnya kaku dan gemetaran.“Oooohhhh…Ndreww…aaachhh…..”Linda menceracau sambil gemetaran.“Enn..en….Nik…mat…bangeth….sssse….dothan…sama jhiilatan kkk…kamu…”

Kulihat Sella tersenyum dengan wajah puas. Segera kuarahkan bibrku melumat putingnya yang keras dan kemerahan. Meskipun sudah melahirkan dan menyusui dua anak, payudara Sella sangat terawat, kencang. Dan putingnya masih berwwarna kemerahan.

Siapa lelaki yang tahan melihat warna putting seperti itu, apalgi sekarang puting merah itu benar-benar masih keras dan mengacung meski pemiliknya barusan menggapai orgasme.“Shhh… Ferry…iihhhh…geli….” Lnda menggelinjang saat kuserbu putingnya. Aku tidak mempedulikan rintihannya. Kulumat putingnya dengan ganas sehingga badan Sella mulai mengejang lagi.

“Acchhh…. Ferryy ….sayaaaannggg…” Sella merintih. “Terus sayang…iss…ssseeeppp…pen….til…kuhh…ooofffffhhhhhhhhh……”

Tanpa aba-aba, segera kusorongkan tongkolku yang memang sudah mengeras seperti kayu ke memiaw Sella. Blessss…….“Ahhhhkkk…..mmmmppppfff…..ooooooggggghhhh….”pantat Sella tersentak kedepan, seiring dengan menancapnya tongkolku di mekinya. Kutekan tongkolku makin dalam dan kuhentikan sejenak disana. Terasa sekali memiaw Sella berkedut-kedut, walaupun tergolong super becek.“Ayo, Ferr…..gocek tongkol kamuh….akk….kkuuuu….udah mau…keluarrrrr…laggiiiihhh…” Sella merintih memohon.

Segera kugocek tongkolku dengan ganas. “crep.crep…cplakkk….cplaakkkk…cplaakkkk….” suar gesekan tongkolku dengan memiaw Sella yang sudah basah kuyup nyaring terdengar.

Tak lupa kulumat bibirnya yang ranum, dan tanganku menggerayang memilin menikmati payudara dan putingnya.Sesaat kemudian kulihat mata Sella terbalik, Cuma terlihat putihnya. Kakinya dilipat mengapit pinggul dan pantatku. Tangannya memeluk ubuhku erat.

“Ferrryyy…….OOOOGGGHHHH…>AAAKKKKKKKKKKKK….” Sella menjerit keras dan sekejap terdiam. Tubuhnya bergetar hebat. Terasa di tongkolku denyutan memiaw Sella…sangat kuat. Berdenyut-denyut, seolah hendak memijit dan memaksa spermaku untuk segera mengguyur menyiram memenya yang luar biasa becek.
Makin kuat kocokan tongkolku didalam memiaw Sella, makin kencang pula pelukannya.

Nafas Sella tertahan, seolah tidka ingin kehilangan moment-moment indah menggapai puncak kenikmatan.Karena denyutan memiaw Sella yang membuatku nikmat, ditambah rasa hangat karena uyuran lendir memiawnya, aku pun tak tahan. Ditambah ekspresi wajahnya yangmemandang wajahku dengan mata sayu namun tersirat kepuasan yang maat sangat.

“Ayo Ferrr…keluarin pejuh kamu…keluarin dimemiawku….”Sella memohon.“Kamu gak papa aku tumpahin pejuh di rahim kamu?”tanyaku sambil terengah-engah.“No problem honey…aku safe kok….”sahut Sella. “C’mon honey..shot your sperm inside…c’mon honey….”

"Selll…… Sellllaaaa….. Sellllllllllaaaaaa….ARGGGGGGHHHHH…”aku merasakan pejuhku mendesak. Kupercepat kocokanku, dan Sella juga mengencangkan otot memiawnya, berharap agar aku cepet muncrat.AAACCHHHHHHH………..” Jrrrrrooooooooootttt…..jrrrrooooooooottttt..jrrrroooooottttt…..tak kurang dari tujuh kali semprotan pejuhku.

Banyak sekali pejuh yang kusemprotkan ke rahim Sella, sampai-sampai ia tersentak. Kubenamkan dalam-dalam tongkolku, hingga terasa kepalaku speerti memasuki liang kedua.Ah….ternyata tongkolku bisa menembus mulut rahimnya. Berarti pejuhku langsung menggempur rahimnya.Ohhh… Ferrryyy…enak sayang….nikmat, sayaaannggg…offffffghhhh……” Sella merintih lagi. “Uggghhh…hangat sekali pejuh kamu, Ferrt…” ucap Sella. Setelah beristirahat sejenak dengan menancapkan tongkolku dalam-dalam, secara mendadak kucabu tongkolku.“Plllookkkkk….”

Kupandangi memiaw Sella yang masih membengkak dan merah denganlubang menganga. Sella segera mengubah posisi duduknya dan…ceeerrrrrr……pejuhku meleleh. Segera saja jemari Linda meraih dan mengorek bibir memiawnya, menjaga agar pejuhku tidak tumpah kesofa. Akibatnya, telapak tangan Linda belepotan penuh dengan pejuhku yang telah bercampur lendir memiawnya.

Dengan pejuh di telapak tangan kanannya, Sella menggunakan jari tangan kirinya,mengorek memiawny untuk membersihkan memiawnya dari sisa pejuhku.“Brani kam telen lagi?” tantangku.“Idih…syapa takut….”Sella balas menantangku. “Nih liat ya….”Clep…dijilatnya telapak tangan yang penuh pejuhku…“MMmmmm….slrrpppp….glek….aachhhh….” Sella nampak puas menikmati pejuh ditangannya.“Hari ini kenyang sekali aku…sarapan pejuh kamu duakali..hihihihi…” Sella tertawa geli.“Tuh…masih ada sisanya ditangan.

Mbelum bersih.” Sahutku.“Tenang, Ferr..sisanya buat…ini.” Sambil berkata begitu, Sella mengambil sebagian pejuhku dan mengusapkannya diwajahnya.“Bagus lho buat wajah…biar tetep mulus…”sahut Sella sambil mengerling genit.“Astagaaaa….kamu tuh, Sell…diem-diem ternyata…”kataku terkejut.“Kenapa…? Kaget ya?”“Diem-diem, muka alim..tapi kalo urusan birahi liar juga ya..”“Ya iyalaaahhh..hare gene, Ferr…orang enak kok ditolak.”

”Tau gitu tadi aku semprot di uka kamu aja ya..” sesalku“Iya juga sih..sebenernya aku pengen kamu semprot. Cuman aku dah gak bisa ngomong lagi…nahan enak sih..lagian aku pengen ngerasain semprotan pejuh kamu di memiawku.” Sella tersenyum“Eh, Ndrew…ssstttt…coba liat tuh…jailin yuk…..”ajak Sella

Ya ampuuunnnn…aku lupa bahwa aktivitasku tengah diamat Vivi.

Segera kulirik Vivi, yang ternyata tanpa kami sadari tengah beraktivitas sendiri. Tangannya menggosok-nggosok sapndexnya, yang mulai membasah. Kulihat lekukan cameltoenya makinbesar, lebih besar dari yang kulihat diruang tamu. Pertanda bahwa Vivi juga telah dilanda birahi.

Sella mencolek tanganku, rupanya ia ingin mengerjai Vivi. Aku setuju. Sambil berjingkat, aku dan Sella menghampiri Vivi. Segera tangan Sella yang masih ada sisa pejuhku dioleskan kemuka dan bibir Vivi.“MMppphhhh…..fffggghhh…..” Vivi sontak terkejut dan menghentikan aktivitasnya. “apaan nih…kok kayak bau pejuh…?”“Udahlah Vii….aku tau kamu juga ikutan horny, ngeliat aku dient*t sama mas Ferry.”

Sella tersenyum-senyum genit.“AH…aku…eeehh….anuu….” Vivi gelagapan kehabisan kata-kata.“Vii…kalo kamu juga horny, gak papa kok…aku masih kuat.” Tantangku. “Tuh, kamu liat. Kon tolku masih bisa bangun.”Ya, walaupun sudah menyemprotkan amunisinya dua kali permainan, kon tolku mash berdiri walaupun tak sekeras waktu ngent*tin Sella.

Malahan sekarang kon tolku berdenyut dan mengangguk-angguk, seolah menyetujui usulku dan Sella.“Tuhhh, Vii. Kontolku manggutmanggut.”sahutku.“Tapi nanti kalo Vera  pulang gimana?” tanya Vivi.“Don’t worry, honey. Kalo memang kepergok, nanti aku bantu jelasin ke Vera.” Hibur Sella. “Soalnya, dulu-dulu aku pernah becandain Vera, gimana kalo sekali-sekali aku minjem tongkol suaminya.”“Trus, Vera bilang apa?” Vivi penasaran.“Mmmm.dia sih gak bilang iya tapi juga gak bilang enggak.”jawab Sella. “Dia cuman ngomong, ya kalo kamu gak malu sama Ferry, terserah kamu.

Tapi kalo ferry ketagihan, resiko tanggung sendiri lho. Gitu kata Vera.”“Oooo…..” Vivi terlongong mendengar penjelasan Sella. Aku pun terperangah. Jadi……ternyata…..???? jangan-jangan mereka berdua memang sengaja kesini…atas suruhan Vera….

Gak pake lama segera kulumat bibir Vivi yang mungil.“Mmmpphhh…mmppfff……..aaahhhh…” Vivi mendesah….” ferry…puasin aku sayang……guyur aku dengan pejuhmu kayak Sella tadi….oooccchhhhh…..”Aku terus melumat bibirnya..lehernya yang jenjang dan mulus…kujilat pula telinganya yang membuat Vivi merinding dan tersengal-sengal.

Ternyata salah satu titik rangsangannya adala teling. Sella membantu melepaskan spandex Vivi.

Dan…oouuuwww…pantesan di selangkangan Vivi terlihat seperti terbelah. Rupanya dia memakai G-String yang segitiganya hanya mampu menutupi itilnya. Selebihnya…terlihat bibir memeknya sudah membengkak kemerahan dan basah kuyup oleh lendirnya. Kulihat memek Vivi sama dengan Sella…bersih dari bulu jembut, sehingga ha ini membuat kontolku langsung tegak mengeras lagi.

Sella turut membantu Vivi melepaskan G-String, kaos dan Bhnya. Seolah Sella tak ingin Vivi direpotkan oleh aktivitas lain yang mengurangi kenikmatan bercinta.

“Ohhh…ferrr,,,,sssshhhhh….hhhaaaaaarrrggghhh….mmmppphhhhh…..” Vivi merintih-rintih sambil mennggelengkan kepalanya saat bibirku turun ke putingnya. Payudara Vivi lebih kecil dari Sella, mungkin hanya 34B, dibandingkan milik Sella yang 36C.

Putingnya berwarna coklat muda, tegak keras mengacung, seolah menantangku untuk segera melahapnya.

Dan…hap….kusedot putting kiri, sementara tangan kananku meremas payudara sebelah kanan dan memilin putingnya.“Auuuccchhhh..Ferrryyyy…ampunnnn…amppuuuuuunnnnn…..” Vivi berteriak menahan nikmat saat jari tangan kiriku menyusuri memiawnya.

Baca Juga » Cerita Sex Ngentot Dengan PacarKu Dan Adiknya Bersamaan

Kumasukkan jari tengahku sambil jempolku menggosok itil Vivi yang sangat keras.“Vii…kontol ferry diusap dong…biar cepet keras…” ujar Sella. Segera tanpa diperintah dua kali, Vivi segera meraih kontolku, mengusap dan mengocok bergantian.“Uffff… Vivi sayaaanng…akhirnya kontolku kena kamu yaaa…”aku merintih menahan nikmat.

Ternyata Vivi sangat terampil dalam urusan kocok mengocok, sehingga tak perlu waktu lama kontolku sudah sekeras kayu lagi, mengkilat kemerahan.Tak sabar segera kubalikkan tubuh Vivi, sehingga posisinya sekarang nungging didepanku. Lututnya bertumpu pada sofa panjang, sehingga punggungnya meliuk, menambah sexy posisinya saat itu.

Dengan pantat membulat, tampak bibir memek Vivi merekah merah dan berkilat licin oleh cairan birahinya. Tak tahan, kuserbu memek Vivi, kujilat itilnya dan kukorek liangnya dengan jari-jariku.

“Arggghhh…Ferry….oohhhh….nik..mat…sss…sseekkk..kali……say….yaannnghhh….” Vivi menjerit sambil tersengal.

Napasnya memburu.“Akk..kku…hammm..ppir sampai, honey…” Vivi terus merintih.Ah…ternyata Vivi tak sanggupbertahan lebih lama lagi. Terasa sekali dibibirku, suhu memek Vivi makin panas, dan lendir cintanya bertambah banyak mengalir.Segera saja kuarahkan batang kon tolku yang menunggu giliran, merojok memek Vivi.

“Ugghhhh……aaacccgghhhhhh…Ferry………”pantat Vivi tersentak menerima hunjaman kontolku yang begitu tiba-tiba.Nikmat sekali memek Rika. Meskipun sama-sama becek dan mampu berdenyut, aku merasakan sensasi lain dibandingkan memek Sella. Makin lama makin terasa memek Vivi berdenyut-denyut.

Tak ada suara yang keluar dari bibir Vivi, kecuali erangan dan rintihan. Kurasakan otot disekitar pantat dan selangkangannya mengejang dan tiba-tia Viva menekan pantatku sambil melolong….

“OOOOUUUWWWWWW….FEEERRRRRRRYYYYYYYY…..UUUUUUUFFFFGGGGHHHHHH…..”Nafas Vivi tertahan, dan kupercepat hunjaman kontolku, seolah menyerbu memek Vivi bertubi-tubi.

Ahh…..betapa hangat lendir birahi yang mengalir, bahkan sampai meleleh membasahi pahaku dan paha Vivi. Vivi tetap menggoyang-goyangkan pantatnya, sehingga membuatku makin bernafsu menggocek kontolku dalam memeknya yang becek namun sempit.

“C’mon honey…shot your sperm inside my mouth….,” Vivi menoleh dan menatapku dengan mata sayu seolah memohon agar kusemprotkan spermaku dimulutnya.“Ohhhhh….aaaawwwgghhh….Viviiiii…memek kamu kok ennnnaaakk bangethhh sssssiiiccchhh….,

aku menceracau sambil terus memajumundurkan pantatku “Ngeliat pantat kamu yang bulet..ddaannn…putih…eeegghhhh….bikinnhh….aakkk…..kkkuuuu….pengennnnhhhh….ngecreettthhh…….aaarrrrggghhh….RIIIKKKAAAAAAAAAA……,”aku berteriak keras sambil mencabut tongkolku.

Serta merta Vivi meraih kontolku, mengocoknya sambil mengisap kepala dan batangnya.

“C’mon…ayo Ferr…keluarin pejuhmu…..”“Aku pengen ngerasain pejuh kamu….”Sella pun tak tinggal diam. Ia berbaring telentang dibawahku dan menjilat perineumku, seolah tau bahwa itu adalah daerah “mati”ku. Ya, aku paling gak tahan kalo perineumku dijilat.AAAARRRGGGHHHH….SELLLLLAAAAA….gila kamu….aaarrrghhhh…..nnnniiikk…mathhh..bangetttt…..”“Aku gak tahan, Viviiiiii…Sellllaaa….sayangku cintaku…..”Dan…..crrroooooottt….crroooootttt…..“Haeeppphh…eeelllppphhhhh….hhhmmmppphhhhh…..”suara dari mulut Vivi.

Tampak dia gelagapan menerima semburan spermaku, tak kurang dari 5semburan kencang dan banyak…

“Aaaahhh…..ooouuffhh….auuww…ooouuww…udah Viii…udah…udah…jangan diisep teruss…gelllliiii…..”aku meringis kegelian karena Vivi tetep mengisap tongkolku, seolah tak rela kalo pejuhku tak keluar tuntas. Seolah ingin menikmati pejuhku hingga tetes terakhir.

“Hmmm…udah puas kamu Viii?” tanya Sella sambil bibirnya mengecap-ngecap pejuhku yang menetes ke mukanya.“Ahh…gila juga si Ferry ya…”sahut Vivi. “memiawku rasanya penuh banget. Mana kontol dia panjang lagi, Berasa mentok di rahimku kayaknya.”“Liang kamu gak dalem sih Vii,” timpalku. “Tapi asyik kok rasanya. Ternyata memiaw kalian sama2 gak dalem ya…”“Thanks banget ya buat kamu berdua, udah mau bantuin aku,”ucapku.“No problem, dear Ferry” sahut Vivi dan Sella hampir bersamaan.“Gimanapun, kamu kan suami sahabatku, boleh dong kalo saling bantu…”sahut Vivi.

Kami pun bercanda sejenak sekedar melepaskan lelah. Dan sambil masih tetap bertelanjang, kupersilakan Vivi dan Sella ke ruang makan untuk sekedar minum minuman segar. Kulirik, jam menunjukkan waktu pukul 11.37 siang, pertanda tak lama lagi istriku dan anak-anak akan segera datang. Mereka berdua pun segera membersihkan diri dari sisa-sisa lendir dan sperma yang membasahi memek maupun wajah mereka.

“Ok Ferr…aku pamit dulu ya…,”Vivi pamit sambil mengecup bibirku. “Daaa, sayang…”“Mmmuuaachh…,”Sella memagut bibirku lama, seolah tak mau kehilangan momen yang sangat dahsyat. “Bye, Ferrr…,”Sella juga berpamitan. “Salam buat Vera ya…tapi jangan bilang lho, kalo kamu habis bagi-bagi pejuh…xixixi..” Vivi dan Sella cekikikan sambil berjalan keluar.“Ok, hon…don’t worry…thanks ya…”sahutku sambil melambaikan tangan dan mengantar mereka ke pagar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar