CERITA SEX

Sabtu, 02 Februari 2019

Cerita Sex Bantuin Mbak Yuni Yang Lama Di Tinggal Suaminya


Ratu Coli -  Aku adalah seorang karyawan disebuah perusahaan swasta di bandung. Bagian tempat aku berkerja hanya terdiri dari 8 

orang, tapi walaupun orangnya sedikit, bagianku punya seorang sekretaris bagian yang khusus melayani administrasi 

bagianku. Sekretasi itu namanya Yuni, tapi aku biasanya manggil mbak Yuni, soalnya memang dia lebih tua 1 tahun dari 

aku.

Mbak Yuni adalah seorang wanita yang sangat menarik, tubuhnya tinggi semampai, hampir setinggi aku, kulitnya putih 

bersih dengan bentuk body aduhai. Buah dadanya tidak terlalu besar, tapi kalu dilihat dari luar, aku yakin buah dada itu 

pasti bulat sempurna dan kenyal, karena aku sering melirik kearah payudaranya yang membusung menantang itu .

Satu lagi yang aku suka dari mbak Yuni, rambut ikalnya. Entah mengapa aku lebih tertarik dengan wanita yang 

berambut ikal, apalagi ditambah bibir tipis mbak Yuni yang sensual, membuat aku gak bosen-bosen memandang wanita 

seksi itu.

Mbak Yuni sebenarnya sudah menikah dan memiliki anak 1, tapi sayang suami mbak Yuni, mas Anto adalah seorang 

pelaut di kapal pesiar eropa, jadi mbak Yuni sering ditinggal 6 sampai 8 bulan. Oh iya, aku kenal baik dengan mas Anto, 

suaminya, karena beberapa kali saat mas Anto kembali ke indonesia mbak Yuni dan mas Anto mengajak aku jalan-jalan.

Cerita ini dimulai saat aku mau mengeprint laporan pekerjaan. Karena printer diletakkan di meja mbak Yuni, maka aku 

berjalan menuju meja kerjanya. Tapi sebelum sampai ke mejanya, aku melihat mbak Yuni serius sekali membaca 

sebuah web site di layar komputernya. Aku tertawa kecil dan kembali ke mejaku, aku gak mau mengganggu mbak Yuni, 

karena aku hafal betul web site yang sedang dibaca mbak Yuni adalah website kumpulan cerita-cerita erotis.

Kemudian aku menggoda mbak Yuni dengan mengirim pesan YM ke dia :

“Hayo lagi baca apa ? Nakal Ya…” isi pesanku ke dia

Mbak Yuni langsung membalikkan badannya dan memandang tajam kearahku, aku cuma tersenyum melihat wajah 

marah bercampur paniknya.

“Gak baca apa-apa. Mau tau aja nih !” jawab dia masih melalui YM

“Gak usah malu mbak, aku juga sering baca kok ” jawabku lagi

“Mas Anto masih lama pulangnya ya ?” tanyaku lewat YM

“He-eh, aduh jadi malu gara-gara ketahuan” jawab Mbak Yuni

“Mau dibantu gak ?” tanyaku menggoda

“Maksudnya ?” jawab dia

“Ya kan mbak kangen sama mas Anto, siapa tau saya bisa gantiin sementara ” jawabku nakal

“Maksudnya ?” tanya dia lagi, aku gak tau dia pura-pura ato bener-bener gak ngerti.

” kan saya laki-laki juga, mungkin bisa bantu mbak kayak yang di website” jawabku tambah nakal

Mbak Yuni menatapku dengan pandangan marah kemudian menjawab “Awas ya, nanti aku aduin ke mas Anto, nanti 

tau rasa kamu”

Aku cuma tertawa sambil menjawab “He..he..he.. cuma becanda mbak”. Aku memang sebenernya cuma mau 

menggoda dia.

Setelah chat itu, aku gak begitu memperhatikan mbak Yuni karena pekerjaan ku sangat bertumpuk waktu itu. Hingga 

seminggu kemudian mbak Yuni mengirim pesan YM ke komputerku.

“Vic, lagi sibuk banget ya ?” tanyanya melalui YM

“Iya nih mbak, kan deadline bulan depan” jawabku sekenanya, karena aku memang sedang sibuk mengerjakan tugasku 

yang bertumpuk.

“mmmmm…” jawabnya gak jelas.

Karena aneh atas jawabannya aku mengirim pesan “Ada apa mbak, apa ada masalah ?”

Agak lama dia mengirim jawaban "Vicky, masih inget tawaran kamu waktu itu nggak ?”

Jujur aku lupa sekali apa yang aku tawarkan, karena pikiranku penuh dengan pekerjaanku. “Tawaran yang mana ya 

mbak, maaf aku lupa” jawabku

“Yang minggu lalu itu loh, katanya mau bantuin aku” jawabnya lagi.

Tapi karena aku bener-bener lupa, dengan polosnya aku jawab “Bantuin apa ya ?”

“Ya udah kalo udah lupa ” jawabnya singkat

Aku berfikir keras, aku udah janji apa ya sama dia minggu lalu. Setelah beberapa saat mengingat-ingat, aku terperangah 

sebentar, karena aku gak duga becandaan aku minggu lalu jadi ditanggepin serius sama dia.

“Wah maaf mbak, yang web site waktu itu ya, beneran nih ?” tanyaku penuh selidik.

Agak lama aku menunggu jawaban sampai dia menjawab “Iya yang itu, mau nggak bantuin aku ?” tanyanya lagi.

Aku tersenyum kecil, mana ada sih cowok yang nolak tawaran kayak gini, apalagi dari mbak Yuni yang cantik itu. Aku 

menjawab “Wah gak usah ditanya mbak, trus gimana ?”

“Sabtu besok dateng ke rumahku ya, agak sore aja. Tapi awas, rahasia ya” jawabnya.

“OK” jawabku yang mengakhiri chat.

Hari sabtu sekitar jam 4 aku sampai ke rumah Mbak Yuni. Rumahnya sepi, aku tidak melihat Intan anak mbak Yuni yang 

baru berumur 4 tahun.

"Intan kemana mbak ?” tanyaku saat aku sudah duduk disofa ruang tengah rumahnya.

“Aku titipin kerumah neneknya” jawab dia sambil membawa minuman dari dapur. Kemudian dia tersenyum nakal. Aku 

cuma tertawa kecil melihat tingkahnya.

Hari itu mbak Yuni seksi sekali, dia memakai kaos ketat warna putih dan celana pendek warna krem. Aku gak pernah 

lihat dia berpakian seperti ini sebelumnya, tapi aku pikir mungkin dia berpakaian begitu karena tau tujuan aku datang 

kerumahnya sediki berbeda kali ini.

Setelah menaruh minuman di meja, mbak Yuni duduk di sofa kecil yang bersebrangan dengan sofa panjang yang aku 

duduki. Sebenernya aku sedikit kecewa dia pilih duduk disitu, tapi pikiran itu segera sirna karena aku sibuk 

memperhatikan paha putihnya yang terpampang lebar karena celananya tertarik keatas saat dia duduk. Ditambah dari 

kaus tipisnya, aku dapat melihat bayangan bra kembang-kembang yang dikenakannya. Penisku terasa mulai menegang 

karena memandang wanita minim pakaian ini.

Tapi sayang mbak Yuni sepertinya canggung. Setiap aku mulai berbicara yang agak menyerempet, dia langsung 

membelokkan arah pembicaraan ke hal yang lain. Wah gawat nih, pikirku, bisa gagal rencana karena mbak Yuni takut 

duluan.

Hingga satu saat mbak Yuni terdiam, sepertinya dia kehabisan kata-kata untuk membicarakan yang lain. Kesempatan 

itu aku gunakan untuk duduk mendekatinya. Dari sofa yang masih terpisah, aku pegang kedua tangannya sambil aku 

elus perlahan.

“Mbak..” kataku perlahan. Mbak Yuni cuma memandangku sambil tertunduk, ada sedikit rasa takut terpancar dari 

wajahnya.

“Mbak…” kataku lagi sambil menariknya untuk duduk disofa panjang bersamaku. Mbak Yuni mengikuti tarikan 

tanganku, masih sambil tertunduk antara takut dan malu.

Mbak Yuni duduk di pojok sofa, sedang aku duduk disebelahnya. Perlahan aku cium kedua tangan, mbak Yuni masih 

memandangku sambil menunduk. Aku tahu sebenarnya mbak Yuni mau, cuma takut karena ini pertama kali ada laki-

laki selain suaminya yang menyentuhnya.

Aku pegang kedua pipinya dan aku angkat agar aku melihat wajahnya. Saat wajah kami saling berhadapan aku melihat 

wajahnya seperti anak kecil yang sedang ketakutan. Aku cium keningnya untuk menenangkannya. Sepertinya cukup 

berhasil, wajahnya sedikit menurun ketegangannya. Aku cium keningnya sekali lagi kemudian aku kecup kedua pipinya. 

Mbak Yuni cuma diam sambil menutup mata.

Aku kecup bibirnya sekali, tidak ada reaksi. Aku kecup sekali lagi. Kali ini ada sedikit balasan. Yang ketiga kalinya aku cium 

bibirnya agak lama. Mbak Yuni sudah mulai berani, dia membalas ciumanku yang berangsur liar. Saat aku beranikan 

memasukkan lidahku kemulutnya, dia menyambut dengan liar, bahkan membalas memasukkan lidahnya bergantian.

Saat ciumanku semakin liar, tak lupa tanganku mulai berkerja. Pertama-tama tanganku memegang pinggangnya yang 

masih kecang, kemudian dari situ aku elus punggungnya. Setelah itu aku mengelus perutnya, terasa perutnya rata 

tanpa lemak walaupun dia pernah melahirkan 1 kali. Elusanku aku turunkan ke pinggulnya. Kemudian mengikuti garis 

celana dalamnya, aku sampai mengelus pantatnya, kemudian aku meremas-remas pantatnya. Mbak Yuni cuma 

melenguh kecil saat aku meremas pantatnya.

Kemudian aku beranikan diri untuk meremas payudaranya, walaupun masih dari luar kaos. Tapi karena kaosnya tipis 

dan Branya adalah model bra yang tipis tanpa kawat, aku dengan mudah meremas-remas kedua payudara yang sering 

aku nikmati dari jauh tersebut. Kali ini mbak Yuni melenguh agak keras walaupun tidak melepas ciumannku. Aku 

loloskan tanganku kedalam kaosnya mencoba melepas kait branya dari belakang. Tapi mbak Yuni bertindak lebih, dia 

membuka kaos sekaligus branya.

Melihat dia membuka kaos, aku ikut membuka kaosku. Aku menjaga kondisiku selalu sama dengan dia agar dia percaya. 

Sambil aku membuka kaos, mbak Yuni menata bantal sofa yang ukurannya besar diujung sofa kemudian dia bersandar 

disitu dengan pasrah. Selesai membuka kaos, aku posisikan tubuhku diantara selangkangannya, dia membuka 

selangkangannya agak lebar untuk memudahkanku menindihnya.

Aku kembali menciumnya, kali ini sambil meremas-remas payudaranya yang memang masih sangat kenyal itu. Sekali-

sekali aku cium pipi dan lehernya. Aku juga kadang-kadang menjilat lehernya hingga membuat dia bergetar beberapa 

saat.

Ciuman aku turunkan kearah payudara kanannya. Perlahan-lahan aku kecup sekitar payudaranya tapi aku hindarkan 

pentilnya. Kemudian aku jilat memutar mengecil hingga akhirnya sampai ke pentil. Aku hisap sesaat kemudian aku 

pindah ke payudara kiri untuk memperlakukan hal yang sama.

Sepertinya mbak Yuni tidak sabar, kemudian dia menarik tanganku dan menekan telapakku kearah payudaranya yang 

bebas. Aku mengerti, kemudian aku remas-remas perlahan payudaranya sambil kadang-kadang memutar-mutar 

pentilnya.

Serangan aku tingkatkan. Perlahan aku elus-elus paha dalamnya. Mbak Yuni kelojotan menerima seranganku. Aku 

menyusupkan tanganku kedalam celana dalamnya. Langsung terasa olehku lipatan vagina yang diselimuti bulu-bulu 

halus, sudah sangat basah disana.

Tiba-tiba mbak Yuni menarik celananya untuk membuka. Wah buru-buru sekali mbak ini Aku membantu meloloskan 

celana pendek tersebut. Kemudian aku sendiri membuka celana panjangku. Sekarang kami sudah sama-sama telanjang.

Aku tindih mbak Yuni sekali lagi. Rencanaku sih aku ingin mencium bibirnya, kemudian turun ke payudaranya baru 

kemudian mencium vaginanya. Tapi mbak fanny sudah tidak sabaran. Dia menarik-narik penisku untuk diarahkan ke 

vaginanya. Hmm.. sepertinya mbak Yuni sudah begitu lama menahan birahinya sehingga ingin langsung tusuk saja. Aku 

turuti kemauannya, aku arahkan penisku ke vaginanya, tapi mbak Yuni masih menggenggam penisku seakan tidak 

sabar agar penisku dimasukkan kevaginanya.

Aku dorong perlahan penisku hingga amblas semua, mbak Yuni melenguh agak keras, badannya terasa begitu rileks 

seakan merasa lega akhirnya yang diidam-idamkannya tercapai juga.

Mbak Yuni terdiam sesaat hanya menerima kocokanku yang baru perlahan. Tapi tiba-tiba mbak Yuni menjadi sangat 

liar, tangannya menekan erat pantatku sambil menggoyangkan pinggulnya kekanan-kekiri dengan liar, seakan 

kocokanku tidak cukup Wah begini deh kalo cewek dianggurin sama suaminya, jadi super liar

Mbak Yuni berteriak-teriak keenakan, sambil terus memutar-mutar pinggulnya mengikuti irama kocokan penisku. 

Tapi tiba-tiba tubuh mbak Yuni menegang sambil berteriak kencang. Terasa cairan menyemprot dari dalam vaginanya, 

dia orgasme hebat.

Kemudian badannya terasa sangat lemas, dia memandangku dengan senyum kecil. Divaginanya terasa sangat basah, 

aku merasa cairan vaginanya sampai menetes keluar. Aku kocok perlahan karena aku belum apa-apa, tapi sepertinya 

orgasme mbak Yuni begitu hebat sehingga dia tetap tergolek lemas sambil tersenyum kecil seperti diawang-awang. 

Akhirnya aku hentikan kosokanku dan aku cabut penisku dari vaginanya, karena mbak fanny terlihat semakin lemas dan 

terlihat menjadi mengantuk.

Akhirnya aku angkat mbak Yuni dan aku tidurkan di kamarnya. Aku tidak memakaikan pakaiannya, hanya 

menyelimutinya, kemudian dia tertidur.

Aku memakai pakaianku kembali dan duduk ditempat tidur menemani mbak Yuni yang tertidur sambil menonton 

televisi yang memang ada di dalam kamarnya tersebut.

Sekitar jam 7 malam tiba-tiba mbak Yunifanny memelukku dari belakang, kemudian menggelayut di punggungku.

“eh udah bangun mbak ?” tanyaku

Dia cuma mengangguk sambil tetap memelukku erat. “Maaf ya Vick..” katanya manja.

“Maaf kenapa ?” tanyaku, sambil mengelus tangannya yang melingkar ke dadaku.

“Maaf tadi aku langsung tidur, padahal kamu belum apa-apa” kata mbak Yuni “Trus kamu gimana ?” tanyanya sambil 

meraba penisku dari luar celana. “Enggak apa-apa kok mbak” jawabku sambil memutar badanku. Kemudian aku 

memeluk tubuhnya erat. Entah kenapa aku jadi sayang sekali dengan wanita itu. Aku kecup keningnya sekali kemudian 

aku peluk erat lagi.

“Mau diterusin sekarang ?” bisik mbak Yuni yang masih dalam pelukanku. “Nanti aja mbak” jawabku. “Kita makan 

malam aja dulu yuk” ajakku. Kemudian mbak Yuni berdiri dan memakai bathrobe. “Ayo, aku dah masak tadi siang 

khusus buat kamu” ajak mbak Yuni kearah meja makan.

Selama makan malam kami bercerita panjang. Dari pembicaraan itu aku tahu kalau mbak Yuni memang memiliki nafsu 

seks yang sangat tinggi tapi sayang mas Anto jarang pulang. Dia sebenarnya sering tidak tahan, tapi tidak mau 

menghianati mas Anto, tapi saat bertemu aku, mbak Yuni menaruh perhatian ke aku, makanya saat aku menawarkan 

bantuan waktu itu, mbak Yuni langsung menanggapinya dengan serius.

Sehabis makan kami menonton televisi. Kami duduk di lantai yang dialasi permadani. Mbak Yuni duduk diantara 

selangkanganku yang kubuka lebar, dia menyandarkan tubuhnya ke dadaku, sambil aku memeluknya dari belakang.

Selama nonton tv, kami seperti pasangan yang sedang dimabuk kasmaran. Mbak Yuni bersikap sangat manja kepadaku 

sedang akupun memanjakannya dengan senang hati. Sambil memeluknya dari belakang, sesekali aku membelai 

rambutnya dan mencium tengkuknya yang putih bersih. Mbak Yuni cuma melenguh pelan sambil sekali-sekali 

mencium tanganku yang memeluknya.

perlahan aku mulai mengelus-elus payudaranya, mbak Yuni mulai duduk dengan gelisah. Apalagi saat aku meremas 

payudaranya, tubuhnya menegang dan melemas seirama dengan remasanku. Tangan kananku aku selipkan masuk 

kedalam celana dalamnya. Perlahan aku elus garis vaginanya, terasa perlahan cairan vaginanya mulai membanjir.

Tangan kiriku masuk kedalam bathrobenya langsung meremas payudaranya yang tidak dibaluti bra lagi. Sementara jari 

tengah tangan kananku mulai menusuk vaginanya, terasa vaginanya berdenyut-denyut hebat.

Mbak Yuni tidak sabar kemudian membalikkan badannya, kemudian dia menciumku dengan ganas, sedangkan 

tangannya menyerbu celanaku berusaha untuk mengeluarkan penisku, Aku buka ikat pinggang dan resletingku 

sehingga mbak Yuni bisa menarik penisku keluar dan mulai mengelus-elusnya.

“Mbak dikamar aja yuk” ajakku. Mbak Yuni cuma mengangguk. Kemudian aku menuntun dia menuju kamar tidurnya. 

Sampai dikamar tidur aku menelentangkannya ditengah tempat tidur, kemudian aku melepaskan bathrobe dan celana 

dalamnya sehingga dia telanjang bulat. Kemudian aku melepaskan baju dan celanaku sehingga akupu telanjang bulat.

Perlahan aku merangkak diatas tubuhnya untuk memposisikan tubuhku diantara selangkangannya. Kemudian aku 

mencium bibirnya perlahan. Ciuman aku turunkan kelehernya, sesekali aku jilat lehernya. Ciuman kemudian aku 

turunkan kembali ke payudaranya. Disitu aku menyedot pentil dan meremas-remas payudaranya. Sesekali pentilnya 


aku gigit kecil untuk memberinya sensasi.

Ciuman aku turunkan lagi ke perutnya yang rata tersebut. Disitu aku baru sadar ternyata pinggul mbak Yuni sangat 

bagus. Aku cium pinggulnya kemudian paha dalamnya. Aku sengaja melewatkan vaginanya untuk sasaran akhir. Dari 

pahanya aku cium betisnya sampai aku cium ujung kakinya.

Selanjutnya gerakan aku balik, aku cium betisnya, kemudian aku cium pahanya, selanjutnya, perlahan aku kecup 

vaginanya. Aku tatap wajah mbak fanny dari antara selangkangannya, wajahnya terlihat tegang menunggu hal 

selanjutnya yang aku kerjakan.

Kemudian aku kecup vagina itu sekali lagi. Dengan menggunakan jariku, aku sibak bulu jembutnya sehingga vaginannya 

terlihat jelas, perlahan aku jilat bibir vagina kiri dan kanannya perlahan. Selanjutnya dengan gerakan pasti jilatan aku 

arahkan ke klitorisnya. Klitorisnya tidak terlalu besar tapi cukup mudah untuk dijilat kemudian aku hisap perlahan.

Pinggul mbak Yuni semakin tidak tenang, dia seakan menghindari jilatannku tapi tanganya menekan kepalaku untuk 

terus menjilati klitorisnya. Cairan vaginanya keluar sangat banyak.

Kemudian aku sejajarkan tubuhku dengan tubuhnya, dia mengerti kalu kau ingin penetrasi ke vaginanya. Tapi aku tunda 

sebentar, aku cuma menggosok-gosokkan kepala penisku ke bibir vaginanya. Dia meringis seperti protes karena aku 

berlama-lama, aku cuma membalasnya dengan seyum kecil. Dia mencoba menekan pantatku, tapi aku tahan. Dia 

menatapku dengan wajah protes, dia terlihat frustasi. Dia mencoba menekannya sekali lagi, tapi tetap aku tahan, dia 

semakin frustasi. Kemudian aku kecup bibirnya sekali dan aku masukkan penisku sampai mentok. “Kamu jahat sayang.. 

kamu jahat..” bisik mbak Yuni saat aku memeluknya erat setelah memasukkan penisku.

Aku pompa penisku ke vaginanya perlahan, dan mbak Yuni meresponnya dengan mengikuti gerakanku. Walaupun 

sebenarnya ini posisi yang konvensional, tapi entah kenapa terasa begitu nikmat. Mungkin karena aku sudah 

merasakan benih-benih cinta dan mbak fanny pun begitu sehingga terasa setiap gesekan penisku dan vaginanya seperti 

menyalurkan energi cinta diantara tubuh kami.

Aku bangkit dan berlutut diantara selangkangannya dengan penisku masih didalam vaginanya. Aku taruh jari tengahku 

ke mulutnya, dan aku hentikan gerakan penisku. Pertama-tama dia bingung, tapi kemudian dia menghisap perlahan 

jariku. Saat dia menghisap jariku, gerakan penisku aku selaraskan dengan gerakan hisapannya. Dia tersenyum lebar, 

mbak Yuni mengerti permainan ini, kemudian dia mulai menghisap mengikuti bagian mana dari vaginanya yang ingin 

ditusuk oleh penisku.

Lama-lama gerakan hisapnya makin cepat sehingga aku makin susah menyelaraskan gerakannya dengan penisku, 

sepertinya dia sedikit lagi orgasme. Aku tarik jariku dan aku menindihnya dengan gaya konvensional. Perlahan aku 

pompa vaginanya kadang pelan, kadang cepat. Mbak Yuni terlihat makin dekat dengan orgasmenya, badannya makin 

tegang. 

Tak lama tubuh mbak Yuni melengkung sambil dia terpekik kecil, vaginanya terasa licin sekali. Aku percepat 

pompaanku dan akupun menekan penisku dalam-dalam sambil menyemprotkan spermaku ke rahimnya.

Kemudian aku memeluknya sambil membisikkan “Aku cinta kamu mbak”. Mbak Yuni tersenyum kemudian 

memelukku erat seperti tidak mau dilepaskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar