Ratu Coli - Kira kira satu tahun yang lalu aku yang tinggal di kota malang pergi ke Surabaya di rumah teman ku yang sudah lama tak jumpa, sebelum aku singgah di rumah temanku yang mana dari sejak kecil kami sudah seperti keluarga sendiri aku berkeliling sendiri di kota Surabaya, setelah selesai aku langsung menujku ke rumahnya mas James, saat itu dia masih semester 6 dan adiknya kelas SMA, di rumah ini aku seperti keluarganya dengan di sambut oleh kedua orang tuanya juga.
Oya lupa untuk memperkenalkan diriku , perkenalkan namaku Ronny, suatu hari aku diajak mas James untuk jalan jalan tak taunya mas James mengajak pacaranya yang kostnya juga gak jauh dari rumahnya namanya Yuni, dia cantik dengan mempunyai pantat yang besar asik juga sih orangnya dengan tinggi badan 167 cm berat badan mungkin 46an kg membuat dia semakin seksi adalah tonjolan di toketnya yang ukurannya jumbo, mas James dan mba Yuni duduk di depan sedangkan aku duduk di bagaian tengah meraka asyk ngobrol sedangkan akuhanya di cuekin saja , dari keliling mall sampai makan, kemudian kami pulang ke kosnya mba Yuni.
Setelah memakirkan mobilnya di tempat kost kami bertiga langsung masuk ke kamar mba Yuni , saat aku masuk di kost kostnya sempat bingung ini kost atau kandang banci , soalnya ada juga banci banci yang menggoda diriku ah sudahlah kemudian aku masuk ke dalam kamarnya dan di setelkan film yang mana filmnya semi sambil aku melihat mas James dan mba Yuni bermesraan di sebelahku, rupanya mba Yuni di kamar tidak tinggal sendirian ada adiknya juga yang sempat aku kenalan namanya Rica.
Rica tak beda jauh dari kakaknya dari warna kulit dan rambut juga hampir sama tapi untuk bagian pantat dan toketnya masih lebih hebat mba Yuni yang besar dan montok, tapi di Rica itu termasuk pecandu rokok yang berat dari tadi dia menghisap rokok terus walau dia batuk batuk, setelah filmnya selesai aku mematikan televisinya dan langsung mas James berbicara , Ron kamu keluar sebentrar sama Rica dong..??
Hmmm mas James sudah ku rasakan dia sange sama pacaranya menyuruh aku untuk keluar dan mengobrol di ruang tengah, tapi saat aku keluar dari pintu kamar kulihat Rica sedang ngobrol ngobrol dengan seorang banci dan aku merasa jijik gak mau ikut dalam obrolannya kemudian aku masuk lagi ke kamar “lha kok masuk lagi Ron, sana deh sebentar mas??
“gak mau mas sana ada banci dan aku malas untuk kesana, udah deh mas aku disini saja dan gak bakal lihat toh aku sudah biasa untuk melihat gituan, (agar meyakinkan dia), setelah meyakinkan dia dengan debatanku akhirnya aku diijinkan untuk masuk kedalam dengan syarata jangan bilang sama orangtuanya , kemudian aku kunci pintu kamarnya terus bersandar sambil menunduk dengan hati yang bergembira.
Mas James mulai mencopot pakaiannya dan tiduran sedangkan mba Yuni mencumbu dia dari atas menciumi wajahnya , kulihat mas James hanya diam saja, dengan mata merem melek dia mengusap ngusap pinggungnya wajah mba Yuni menoleh ke arahku memastikan kalau aku terangsang atau tidak, ya jelas terangsang lah, masak melihat hal tersebut sebagai laki laki normal gak terangsang.
Apalagi di tambah dengan tadi melihat film hot dan mba Yuni sangat ahli dengan ciumannya , mereka mungkin sering melakukan hal tersebut karena sudah ahli ahli , mulut mba Yuni menciumi mulut mas James, dan itu jelas sekali karena jarak dia dan aku hanya 5 tekel saja.
Ehmmm hmm dia mendesah desah, mendengar desahannya semakin membuatku semakin tegang, mba Yuni mulai turun ciumannya menuju ke lehernya saat itu mas James sedang menggunakan baju di singkapkan kerah bajunya terus menciumi sampai ke bawah, mas James mendesah “ahhh ahhh sayang enak sayang terusin sayang, rasanya ingin juga di ciumi oleh mba Yuni tapi aku masih bisa menahan diriku dan bersandar di belakang pintu.
Uhhh sstttt ahhhh mas James terus mendesah karena ciumannya semakin turun menuju ke perut dan di jilatinya , aku semakin terangsang dengan gerakan mba Yuni, semakin turun semakin menuju kearah selakangannya di pegang reselting celana mas James terus di lepaskan awalnya pelan pelan terus dengan kencang secara mas James langsung kaget mendengar resletingnya di buka dengan cepat, rambut mba Yuni di elus elus dengan wajah mas James merem melek, tangan mba Yuni mulai memegang batang kemaluannya dari celana dalam sambil di elus elusnya “sttt sttt ahhh” setelah semakin tegang kontolnya tangan mba Yuni masuk ke dalam celana dalam dan mengeluarkan kontolnya yang tegang.
Setelah keluar dari celana dalamnya mulut mba Yuni langsugn mengulum kontol mulai dari jilatan di kepala kontol terus di masukkan ke dalam mulutnya wajah mba Yuni menikmati naik turun kepalanya sambil di pegangi oleh mas James, sialnya lagi aku melihat itu semakin pingin aku remas remas sendiri kontolku dengan masih bersandar di belakang pintu aku bingung harus bagaiamana melihat situasi seperti ini, kira kira dari 5 menitan mba Yuni menyudahi kuluman kontol dan belum mengeluarkan spermanya, “sekarang gantian sayang” mas James berdiri dan mencopot semua celananya gantian mba Yuni sekarang terlentang di kasur.
Mas James gantian melakukan apa yang dilakukan oleh mba Yuni, mulai mas Yuni menciumi bibir cuma Mas Mahen menciumnya dengan stabil, pelan terus, berbeda dengan Yuni yang style seksnya aku akui lumayan unik. “Hmmh.., mymmynm..”, Sayang Mas James sepertinya tidak profesional, cara menciumnya walau pelan, terlalu tergesa menuju ke bawah.
Yuni mencoba melepaskan t-shirt Mas james, lalu Mas James langsung melepasnya dan meletakkan di sebelahnya. Mas James pun mulai menciumi leher Yuni. Sementara tangannya meraba-raba payudara Yuni yang aduhai,
“Hmhmhhm.., Hmhmhmh..” Mereka berdua terus mendesah keenakan. Aduh, pemandangan yang cukup menggelikan sekaligus menggairahkan itu benar-benar membuatku kewalahan pada diriku sendiri, diam-diam aku mulai melepaskan t-shirt yang kupakai dan menggerayangi tubuhku sendiri.
Mas James mulai tidak sabar dan langsung mencopoti kancing demi kancing yang ada di kemeja yang dikenakan Yuni. Tersembullah payudara Yuni yang begitu aduhai, putih mulus sekali seperti payudara Chinese, Yuni segera mengangkat punggungnya, lalu Mas james mencopot kancing BH-nya yang berwarna krem. Wah.., payudara Yuni benar-benar besar dan menggairahkan dengan puting susunya yang tebal dan berwarna coklat tua. “Ahh.., Hmm.., Hmm..”, Mereka berdua saling melenguh setiap kali Mas James memainkan lidahnya di atas payudara dan puting susu Yuni.
“Hmmh.., Hmhh..”, Setelah puas melumat puting susu Yuni bergantian, Mas James akhirnya menjilati perut Yuni dan ingin melepaskan roknya. Yuni mengangkat pantatnya, lalu Mas james membuka risleting roknya dan pelan-pelan melepaskan rok yang dipakai Yuni. Setelah sampai di lutut, Mas James berhenti dan langsung menciumi kemaluan Yuni yang masih tertutup celana dalam itu dengan cepat dan ganas.
“Ahh.., Ahh..”, Yuni mengerang dan mendesah keras keenakan. Aku yang sejak tadi terangsang menjadi semakin terangsang mendengar desahan Yuni yang sangat menggairahkan, membuatku tidak tahan dan mulai memegangi kemaluanku sendiri, menggesek-gesekkannya dengan tanganku.
Akhirnya Mas James melepaskan celana dalam Yuni dan langsung menciumi kemaluannya dengan ganas sekali. Rambut di kemaluan Yuni cukup tipis, sehingga memudahkan Mas James menjilatinya sepuasnya. Sesekali kudengar “Slurrp.., slurrp..”, sepertinya Mas James suka sekali menyedot kemaluan Yuni. “Ahh.., James.., Ahh.., James.., Enak James..”, desahan Yuni semakin keras saja karena merasa nikmat, seakan tidak peduli kalau terdengar orang di luar.
Tidak berapa lama kemudian, Mas James berhenti lalu bertanya, "Yun, boleh sekarang?” Sambil tetap merem, Yuni cuma tersenyum dan mengangguk.
“Pelan-pelan yach..”, bisik Mitha mesra. Kemudian Mas James memasukkan penisnya ke dalam kemaluan Yuni,
“Uh.., uhh.., Ahh..”, Sedikit kesulitan yang mereka hadapi, sekarang Mas james sudah mulai asyik menggesek-gesekkan penisnya dalam vagina Yuni.
“Ahh.., ahh.., aduh.., ahh..”, Mereka berdua saling mendesah sambil terus melanjutkan permainannya. Yuni masih tetap dengan stylenya, kadang menarikan pinggulnya pelan-pelan, lalu cepat, pelan lagi.
“Ahh.., Ahh.., Ahh..”, Mas James memaju-mundurkan badannya pelan-pelan sedangkan Yuni asyik menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan tempo yang tidak beraturan. Aku jadi semakin tidak tahan melihat apa yang mereka lakukan, aku segera berjalan menuju kamar mandi, langsung kulepas celana panjang dan celana dalamku dan kugesek-gesek kemaluanku sendiri cepat-cepat.
“Ahh.., Hmmh.., Ahh..”, Aku mendesah-desah kecil dengan apa yang kulakukan terhadap diriku sendiri. Lalu.., “aahh..”, Aku orgasme, spermaku semuanya terjatuh di lantai kamar mandi. Tubuhku rasanya nikmat sekali beberapa saat, lalu terasa lemas dan sepertinya aku merasa bersalah telah melakukannya. Aku segera menyiram ceceran sperma di lantai kamar mandi, melepas seluruh bajuku dan mandi.
Setelah segar, aku hampir tidak percaya waktu keluar ternyata mereka masih saja bermesraan bersetubuh. Aku langsung berjalan keluar kamar, sedangkan mereka tidak menghiraukanku sama sekali, benar-benar gila..!
Di luar, aku duduk-duduk saja di ruang tamu sambil ngobrol dengan Rica dan teman-temannya yang kebetulan ciban semua. Mereka menawariku rokok tapi aku tolak. Setelah beberapa menit melakukan percakapan yang membosankan dan bikin mual, aku cuek saja dan asyik melihat TV, sambil menunggu Mas James dan Yuni selesai melakukan aktivitasnya. Menit demi menit berlalu, gila.., lama sekali.
Sekitar satu jam kemudian, muncullah mereka berdua dari pintu kamar Yuni.
“Gilaa..”, pikirku, lama sekali mereka begituan. Mas James dan Yuni tersenyum geli pertama kali melihatku, mungkin mereka menganggap tingkahku di dalam kamar tadi lucu, lalu Mas James bertanya.
"Ron, kamu mau ikut renang?”.
“Mau sich.., tapi aku tidak bawa celana renang tuch..”, jawabku agak kecewa.
“Tidak pa-pa kok, ntar kita bisa pinjam celana renang di sana..”.
Ya sudah, akhirnya jadi dech.., Setelah berpamitan, Mas James dan aku pulang. Di rumah kami langsung mempersiapkan segala kebutuhan renangnya.
Jam menunjukkan sekitar pukul 16.30, kami bersiap pergi. Tepat waktu Mas James hendak menyalakan mobil, ada suara teriakan.
Ternyata sepupu Mas James, “Mobilnya mau dibawa papanya lho..”, katanya.
“Sial!” gerutu Mas James. Terus akhirnya Mas James telepon taksi, beberapa menit kemudian datang, lalu kami ke tempat kos Yuni dulu untuk menjemput Yuni. Eh, ternyata tidak hanya Yuni yang ikut, tapi adiknya, Rica, diajak serta.
Aku tanya pada Rica, “Lho, kok kamu ikut, katanya sakit tenggorokan. Nanti ikut renang?”.
“Iya dong.., tidak Papa, nemenin Yuni nich..” jawabnya enteng. Wah, nekat juga ini anak, pikirku.
Taksi kami langsung meluncur ke Graha Residen, di sana ada kolam renangnya yang cukup besar dan ramai, termasuk para turis. Yuni, Rica, dan aku yang belum bisa berenang cuma berputar-putar saja di pinggiran, sedangkan Mas James berkelana ke sana ke mari dengan bebasnya.
Waktu ada kesempatan, aku tanya pada Mas James soal Yuni. Ternyata dia baru kenal Yuni dua minggu, dan pertemuan pertamanya di kolam renang. Seminggu kemudian mereka langsung pacaran, lalu besoknya mereka melakukan hubungan badan. Mas james baru pertama kali itu bersenggama, sedangkan Yuni sepertinya sudah berkali-kali, soalnya kata Mas James, Yuni sudah tidak perawan lagi.
Mas James juga bilang, “Kata Yuni tuh si Rica masih perawan, dianya agak menyesal juga pacaran sama Yuni, bukan sama Rica yang masih perawan”.
Aku sempat ngobrol juga sama Rica, yang sepertinya cuma bersandar saja di pinggiran. Sekitar jam 19.00 kami selesai renang dalam keadaan menggigil kedinginan, lalu setelah itu memanggil taksi Zebra, karena entah kenapa, Graha Residen hanya menyediakan taksi Zebra. Tidak kuduga, ternyata taksinya lama sekali datangnya, kami ngobrol-ngobrol lama juga. Mas James asyik ngobrol dengan Yuni, sedangkan Rica yang kelihatannya dicuekin mulai kuajak ngobrol.
Ternyata Rica ini masih SMU kelas 2. Selain suka rokok, katanya dia juga suka minuman keras. Hmm, aku jadi mikir apakah dia juga suka obat-obatan dan.., free seks. Tapi aku tidak berani menanyakannya, terlalu dini ah. cuma yang aku perhatikan, Rica agak tersipu-sipu menjawab pertanyaanku, dan dia tidak berani menatapku secara langsung, malah sepertinya menunduk terus. Good sign, pikirku.
Mungkin sekitar setengah jam kemudian baru taksinya datang. Lama banget sich..
Akhirnya sampai juga, setelah mengantarkan Yuni dan Rica, saya dan Mas James pulang. Aku asyik memikirkan pengalamanku barusan, memperhatikan orang melakukan hubungan seks.
Sekitar jam 20.30, Mas James mengajakku pergi, mau mengembalikan VCD. Ya sudah, aku ikut saja, siapa tahu diajak makan juga, berhubung perutku mulai lapar nich. Walau naik sepeda motor, kami tidak pakai helm, katanya tempat persewaan VCD-nya dekat. Eh, ternyata memang dekat sekali dan tidak melewati jalan raya. Setelah itu Mas James bertanya, "Ron, aku mau mampir ke tempat Yuni nich.. Kamu ikut tidak?”. Walau perutku agak keroncongan, berhubung aku “kangen” juga sama Rica, pingin ngerjain gitu, akhirnya aku setuju.
Sesampainya di sana, ternyata banyak orang nongkrong di ruang tamu rumah kos itu. Uniknya, yang cewek cuma dua, Yuni dan Rica, lainnya ciban semua, ada 4 orang. Aneh sekali, pikirku. Begitu sampai, Mas James langsung berciuman dengan Yuni lalu mereka langsung masuk kamar dan.., klik, Aduh.., mau ngapain lagi mereka, gila bener..
Terpaksa, karena aku sudah telanjur di sana, aku ngobrol dengan orang-orang di situ. Aku sebetulnya lebih suka mengobrol dengan Rica, tapi sayang teman-temannya selalu menggangguku.
“Ih kamu ganteng dech, kita main seks yuk..”.
Agak senang juga aku dipuji tapi main seks dengan mereka, mimpi saja tidak.
Lalu akhirnya aku punya ide, aku tanya Rica, “Kamu satu kamar sama Yuni, yach?”
“Tidak tuch, aku sewa kamar sendiri”, jawabnya.
Kebetulan, pikirku, “Hmm.., di mana tuch, aku lihat dong..”
Sesuai perkiraanku, akhirnya dia mau menunjukkan kamarnya. Kamarnya persis di depan kamar Yuni, dan lebih tidak rapi dibanding kamar Yuni. Sambil pura-pura mengamati kamarnya, aku lalu menutup pintu agar dia tidak curiga, aku langsung bertanya padanya,
“Kamu suka tinggal di sini?”. Lalu akhirnya kami ngobrol dan bercanda di atas ranjangnya, bersandar di tembok. Seperti yang kuduga, dia masih terus menunduk tersipu-sipu menjawab pertanyaanku, tidak seperti waktu dia ngobrol dengan teman-temannya, menguatkan istingku kalau sebetulnya dia suka padaku.
Di tengah-tengah obrolan, aku tanya, “Rica, kamu kan suka ngerokok, apa tidak dimarahi cowokmu tuh?”.
Dia tertawa kecil, lalu menjawab, “Suka-suka aku dong, Ron, aku belum punya cowo tuch..”.
Ahh.., kebetulan sekali, pikirku, lalu aku menggodanya, “Ah masa..? Aku tidak percaya ah.., Kamu kan cantik.., pasti banyak cowok yang ngelirik kamu..”
Rupanya dia agak GR juga dengan pujianku, lalu sambil ketawa lirih dia cuma bilang, “Ah kamu..”.
“Iya bener lhoh..”
Dia diam sebentar, lalu dia menoleh ke arahku, dan mulai memandangku. Aku menatapnya, lalu aku tersenyum. Kami berpandangan beberapa saat. Hmm, betapa cantiknya dia, pikirku.
Merasa ada kesempatan, segera kuarahkan tangan kananku pelan-pelan ke tangan kirinya, lalu kugenggam dan kuremas pelan-pelan. Dia agak kaget dan menghela napas panjang, seolah tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Pelan-pelan pula, badanku kuhadapkan ke arahnya dan kutaruh tangan kiriku di pinggangnya, lalu wajahku mulai mendekati wajahnya.
Aku mulai bisa merasakan nafasnya yang semakin cepat dan tidak beraturan. Akhirnya dia memejamkan mata, lalu kucium lembut keningnya, lalu pipi kanannya, lalu pipi kirinya. Aku terdiam sebentar. Matanya masih tetap terpejam. lalu perlahan-lahan kucium bibirnya yang lembut itu. Dia membalas dengan menggerak-gerakkan mulutnya. Aku memeluknya, lalu kami saling mengulum bibir, lalu memainkan lidah.., Hmm nikmat sekali.
Beberapa saat kemudian, aku hentikan permainan bibir itu lalu aku terdiam. Matanya terbuka, tatap matanya serasa seperti bertanya-tanya. Lalu aku menciumi bibirnya lagi sambil pelan-pelan merebahkannya di atas ranjang. Dia menurut saja, membuatku semakin bernafsu. Lalu aku cium dia pelan-pelan sedangkan tanganku meraba-raba dan meremas-remas payudaranya yang cukup besar, “Emhh.., Emh..” dia cuma melenguh saja membuat gairahku menjadi semakin naik saja.
Segera kusingkapkan T-Shirt yang dipakainya ke atas, lalu kuciumi dan kujilati dadanya yang aduhai itu, “Ahh.., Emhh..”, badannya bergoyang-goyang kecil, membuat nafsuku semakin naik. Waktu mau kubuka kancing BH-nya, dia mengangkat badannya sehingga memudahkanku, lalu kujilati putingnya dan kuhisap-hisap selama beberapa menit, “Emhh.., Ahh.., Ahh..”
Aku sudah tidak tahan lagi, langsung kubuka celana panjangnya lalu kupelorotkan, kujilati kemaluannya dari luar sebentar, lalu segera kupelorotkan juga. Hmm.., ternyata rambut kemaluannya masih lebat, jauh lebih lebat daripada kakaknya, sedangkan lubang kemaluannya masih sangat rapat.
Ahh.., baru percaya aku kalau dia masih perawan. Kujilati clitoris vaginanya yang sangat menggairahkan itu, dia terengah-engah, “Ahh.., Ahh..”, dan sesekali tubuhnya menggelinjang. Kuhisap-hisap dan kujilati bagian dalam lubangnya. Hmm.., nikmat sekali, cairan yang keluar langsung saja kutelan.
Aku sudah tidak sabar lagi, tidak sampai 5 menit aku menjilati vaginanya, segera kupelorotkan celana panjang dan celana dalamku lalu pelan-pelan kumasukkan penisku ke dalam lubang senggama Rica. Uhh.., agak sulit juga tapi berhubung cairannya sudah cukup banyak, akhirnya masuk juga, kurasakan ada sesuatu yang menghalangi laju penisku, sepertinya selaput daranya namun kuteruskan saja pelan-pelan.
“Aduh!”, pekiknya.
"Rica, sakit ya? Tahan ya..”, Aku terdiam sebentar, menunggu agar sakitnya hilang, lalu mulai kumasukkan lebih dalam lagi pelan-pelan.
"Rica, masih sakit..?”.
“Iya.., tapi sudah agak.., ahh..”, Pelan-pelan sekali kumaju-mundurkan penisku di dalam vaginanya. Hmm, benar-benar nikmat.., benar-benar rapat sekali vaginanya, menjepit penisku yang merasa keenakan.
“Ahh.., ahh.., hmmhh..” akhirnya dia mulai merasa nikmat, aku jadi berani mempercepat gerakanku.
“Ahh.., Ahh.., Ahh..” Mungkin cuma sekitar 3 menit, dia sudah mulai terangsang sekali.”Ah.., Ron.., Ah Ron.., Aku sepertinya mau.., ahh..”, Sepertinya dia mau orgasme, akhirnya kupercepat gerakanku dan, “Ahh.., Ahh nikmat Ron.., aduh nikmat sekali Ron..”. Aku belum orgasme, lalu kutarik penisku dan kugesek-gesek sendiri dengan cepat dengan tanganku. “Ahh..”, akhirnya aku orgasme juga, spermaku bertebaran di perutnya.
Setelah kami membersihkan spermaku, kami mandi bersama-sama, setelah itu kami ngobrol-ngobrol juga di atas ranjang, sambil bermesraan layaknya orang pacaran. Tapi sungguH Pun begitu, aku tidak mencintai dia sama sekali dan tidak menganggapnya sebagai pacar, walaupun sebetulnya aku sendiri juga belum punya pacar, jahat juga yah aku.
Beberapa puluh menit kemudian pintu diketuk oleh Mas James dan akhirnya kamipun pulang, sampai di rumah sudah sekitar jam 11 malam. Begitu melelahkan.., namun begitu nikmat. Aku baru bisa tidur sekitar jam 2 pagi, entahlah, membayangkan macam-macam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar